Presiden Erdogan Kutuk Kaum LGBT di Tengah Gelombang Unjuk Rasa

Reuters via BBC Indonesia
Sumber :
  • bbc

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengutuk gerakan LGBT di negara itu di tengah gelombang protes oleh mahasiswa.

Erdogan memuji sayap pemuda partainya, AK, karena mengangkat "sejarah besar bangsa ini" dan bukan menjadi bagian dari "pemuda LGBT".

Dalam video yang diputar untuk anggota Partai AK pada Senin (01/02), Presiden Erdogan mengatakan: "Kita akan mengantarkan generasi muda menuju masa depan, tidak sebagai pemuda LGBT, tetapi sebagai pemuda yang hadir dalam sejarah besar di masa lalu.

"Anda bukan pemuda LGBT, bukan pemuda yang melakukan vandalisme. Sebaliknya, Anda adalah orang-orang yang mengobati patah hati."

Bukan kali ini saja Erdogan mengecam LGBT. Dalam pidato pada Juli tahun 2020, ia menuduh kalangan aktivis LGBT merongrong "nilai-nilai nasional dan spiritual" dan "meracuni" generasi muda.

Pernyataan terbaru Presiden Erdogan disampaikan sesudah terjadi gelombang unjuk rasa selama berminggu-minggu di Unversitas Bogazici terkait dengan pengangkatan Prof Melih Bulu sebagai rektor.

Menurut para aktivis, guru besar itu mempunyai hubungan dekat dengan Partai AK yang berhaluan Islam.

Dalam salah satu aksi, pengunjuk rasa memasang karya seni di lokasi yang menghadap kantor rektor pada Jumat (29/01). Karya seni itu menggambarkan Ka`bah di Mekkah dan gambar bendera pelangi LGBT.

 

EPA
Para aktivis melukis dan menghias tembok-tembok kota dengan warna pelangi yang berasosiasi dengan LGBT menjelang unjuk rasa.

 

Pihak berwenang mengatakan empat mahasiswa ditangkap dalam kasus pemasangan karya seni dengan tuduhan "menyulut kebencian".

Melalui cuitannya pada Selasa (02/02), Menteri Dalam Negeri Suleyman Soylu menyebut keempat mahasiswa tersebut sebagai "LGBT menyimpang".

Twitter memberi tanda khusus pada cuitan tersebut dengan alasan isinya melanggar "peraturan tentang sikap yang mendorong kebencian", tetapi ditambahkan bahwa cuitan Suleyman Soylu tetap dapat diakses demi kepentingan publik.

Sesudah pidato Presiden Erdogan kepada anggota partainya, terjadi unjuk rasa lanjutan di Universitas Bogazici.

Reuters
Aparat keamanan menangkap puluhan pemrotes di kampung Universitas Bogazici.

 

Secara keseluruhan terdapat 159 orang yang ditahan pada Senin (01/02), namun sekitar 100 di antara mereka akhirnya dibebaskan.

Homoseksualitas sejatinya sah di Turki tetapi penentangan secara resmi terhadap komunitas LGBT bertambah nyaring selama beberapa tahun terakhir.

Acara parade Istanbul Pride dilarang selama lima tahun berturut-turut hingga 2019. Covid-19 menggagalkan upaya untuk menggelar acara itu pada 2020.

Pada umumnya masyarakat mempunyai pandangan konservatif dan komunitas LGBT melaporkan adanya diskriminasi dan gangguan meluas yang mereka alami.

 

EPA
Unjuk rasa pada awal bulan Januari menentang penunjukkan rektor Universitas Bogazici di Turki.

 


 

Sikap keras

Oleh Mahmut Hamsici, BBC Turki, Istanbul

Unjuk rasa telah berlangsung selama satu bulan tetapi ketegangan yang ada tidak setinggi yang ada. Pada Senin, sekelompok mahasiswa Universitas Bogazici yang menggelar aksi menentang penangkapan terbaru dihadang dengan barikade polisi di pintu gerbang.

Polisi menangkap sebagian dari mereka, sementara peserta yang lain bergerak menuju kantor rektor. Tak lama kemudian, polisi memasuki area kampus dan melakukan penangkapan lagi di di depan kantor rektor. Peristiwa ini belum pernah terjadi sebelumnya, sebab polisi belum pernah menginjakkan kaki di kampus selama bertahun-tahun.

Kini muncul seruan agar diadakan protes lagi di seluruh negeri untuk mendukung mahasiswa Bogazici.

Presiden Erdogan menggarisbawahi bahwa protes-protes ini tidak ada kaitannya dengan kebebasan berbicara. Tampaknya polisi akan mempertahankan pendirian mereka sesuai dengan pendekatan ini.