Temuan Gigi Usia 48000 Tahun Ungkap Kawin Silang Manusia Purba

Journal of Human Evolution via BBC Indonesia
Sumber :
  • bbc

Fosil gigi berusia sekitar 48.000 tahun yang digali di sebuah situs di Jersey, Inggris, mengungkapkan tanda-tanda perkawinan silang dua spesies manusia, yaitu manusia purba Neanderthal dan spesies manusia modern Homo Sapiens.

Pakar Inggris mempelajari ulang 13 fosil gigi yang ditemukan antara 1910 dan 1911 di La Cotte de St Brelade di barat daya pulau itu.

Sebelumnya, fosil gigi itu telah lama dianggap sebagai spesimen gigi khas Neanderthal, tetapi studi ulang baru-baru ini mengungkap bahwa gigi itu juga memiliki ciri-ciri gigi manusia modern.

Fosil gigi ini mungkin mewakili beberapa sisa Neanderthal terakhir yang diketahui.

Dengan demikian, gigi ini bahkan mungkin memberikan petunjuk tentang apa yang menyebabkan lenyapnya sepupu dekat dari evolusi manusia tersebut.

Neanderthal berevolusi sekitar 400.000 tahun yang lalu dan mendiami wilayah yang luas dari Eropa Barat hingga Siberia.

Mereka memiliki postur lebih pendek dan gempal daripada manusia modern, dengan tulang tebal di atas mata menjorok ke depan.

Mereka dianggap punah sekitar 40.000 tahun yang lalu, seiring manusia modern menetap di Eropa setelah bermigrasi dari Afrika.

 

Getty Images
Reproduksi sebuah keluarga Neanderthal dipamerkan di Field Museum of Natural History di Chicago, Illinois, AS

 

Namun, kedua jenis manusia itu diperkirakan hidup berdampingan setidaknya selama 5.000 tahun.

Gigi tersebut ditemukan di situs yang berlokasi di sebuah gua.

Gigi itu sebelumnya dianggap milik seorang manusia purba Neanderthal. Namun, penelitian baru mengungkap bahwa gigi itu berasal dari setidaknya dua orang dewasa.

Para peneliti menggunakan pemindaian computed tomography (CT) gigi untuk mempelajarinya dengan tingkat detail yang tidak tersedia bagi para peneliti di masa lalu.

 

Getty Images
Fosil tengkorak Neanderthal yang ditemukan di Gibraltar dipamerkan di Natural History Museum di London

 

`Nenek moyang ganda`

Meskipun spesimen gigi itu memiliki beberapa karakteristik Neanderthal, beberapa aspek dari bentuknya lebih mirip dengan gigi manusia modern.

Ini menunjukkan bahwa ini adalah ciri-ciri yang lazim ditemui dalam populasi mereka.

Pemimpin penelitian, Prof Chris Stringer dari Museum Sejarah Alam London, mengatakan: "Mengingat manusia modern tumpang tindih dengan Neanderthal di beberapa bagian Eropa sekitar 45.000 tahun yang lalu, ciri-ciri yang tidak biasa dari individu La Cotte ini menunjukkan bahwa mereka bisa saja memiliki nenek moyang ganda, Neanderthal dan manusia modern."

Pada saat individu-individu ini masih hidup, iklim di bagian dunia ini lebih dingin daripada sekarang dan permukaan laut puluhan meter lebih rendah.

 

Journal of Human Evolution
Spesimen gigi ini pertama kali digali lebih dari 100 tahun lalu.

 

Rekan peneliti, Dr Matt Pope dari Institute of Archaeology di University College London (UCL), mengatakan daerah itu adalah tempat "fantastis untuk berburu", karena merupakan "lembah dan jurang buntu".

"Gua dengan skala dan ukuran itu sangat langka di lanskap itu," katanya, menambahkan: "Tampaknya itu tertanam dalam rutinitas mereka, kembali ke tempat itu selama puluhan ribu tahun."

Faktanya, ada catatan bahwa situs La Cotte telah didiami manusia sejak 250.000 tahun lalu.

Fosil gigi ini diperkirakan berusia sekitar 48.000 tahun, mendekati era kepunahan Neanderthal 40.000 tahun yang lalu.

Jadi, mungkinkah spesies manusia purba Neandertal tidak punah dalam pengertian tradisional, namun hanya terserap ke dalam populasi manusia modern?

"Ini sekarang perlu menjadi skenario yang dipertimbangkan secara serius, bersama dengan skenario lain, dan itu akan muncul saat kita mendapatkan lebih banyak pemahaman tentang proses pencampuran genetik," kata Dr Pope kepada BBC News.

"Tapi yang pasti, kata `punah` sekarang mulai kehilangan artinya di mana Anda dapat melihat beberapa episode pencampuran dan retensi sebagian besar DNA Neanderthal pada manusia di luar Afrika sub-Sahara."

Spesies Neanderthal menyumbangkan 2-3 persen dari genom orang-orang dengan leluhur dari luar Afrika.

"Ide populasi hibrida ini dapat diuji dengan pemulihan DNA purba dari gigi, sesuatu yang sekarang sedang diselidiki," kata Prof Stringer.

Studi tersebut telah dipublikasikan di Journal of Human Evolution.