Iran Tuding Israel Jadi Dalang Pembunuhan Ilmuwan Nuklir Terkemukanya
- bbc
Ilmuwan nuklir paling senior Iran Mohsen Fakhrizadeh dibunuh di dekat ibu kota Teheran, demikian keterangan yang dikonfirmasi kementerian pertahanan Iran.
Fakhrizadeh meninggal di rumah sakit setelah serangan di Absard, di daerah Damavand.
"Teroris membunuh seorang ilmuwan Iran terkemuka hari ini," kata menteri luar negeri Iran dalam akun Twitter-nya.
"Kepengecutan ini - dengan indikasi serius dari peran Israel - menunjukkan penghasutan yang putus asa dari para pelaku."
Zarif meminta komunitas internasional untuk "mengutuk tindakan teror negara ini".
Nama Fakhrizadeh secara khusus disebutkan dalam presentasi PM Israel Benjamin Netanyahu tentang program nuklir Iran pada April 2018.
Belum ada komentar dari Israel tentang berita pembunuhan tersebut. Pentagon juga menolak berkomentar, menurut Reuters.
Antara 2010 dan 2012, empat ilmuwan nuklir Iran dibunuh dan Iran menuduh Israel terlibat dalam pembunuhan itu.
Komandan Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) mengatakan bahwa Iran akan membalas pembunuhan ilmuwan tersebut.
"Pembunuhan ilmuwan nuklir adalah pelanggaran paling nyata dari hegemoni global untuk mencegah akses kita ke ilmu pengetahuan modern," kata Mayjen Hossein Salami.
Mantan kepala Badan Intelijen Pusat AS (CIA), John Brennan, mengatakan pembunuhan ilmuwan itu adalah tindakan "kriminal" dan "sangat sembrono" yang berisiko memicu konflik di wilayah tersebut.
Dalam serangkaian cuitan di Twitter, ia mengatakan kematian ilmuwan itu "berisiko pembalasan mematikan dan babak baru konflik regional".
Brennan menambahkan bahwa ia tidak tahu "apakah pemerintah asing mengizinkan atau melakukan pembunuhan Fakhrizadeh".
Badan intelijen Barat percaya Fakhrizadeh berada di balik program senjata nuklir Iran yang terselubung.
"Jika Iran pernah memilih untuk mempersenjatai (pengayaan), Fakhrizadeh akan dikenal sebagai bapak bom Iran," kata seorang diplomat Barat kepada kantor berita Reuters pada 2014.
Iran menegaskan program nuklirnya secara eksklusif untuk tujuan damai.
Tetapi berita pembunuhan itu muncul di tengah kekhawatiran baru tentang peningkatan jumlah uranium yang diperkaya yang diproduksi negara itu. Uranium yang diperkaya merupakan komponen penting untuk pembangkit tenaga nuklir sipil dan senjata nuklir militer.
Kesepakatan tahun 2015 dengan enam kekuatan dunia telah membatasi produksinya, tetapi sejak Presiden Donald Trump membatalkan kesepakatan pada 2018, Iran telah dengan sengaja mengingkari perjanjiannya.
Joe Biden telah berjanji untuk terlibat kembali dengan Iran saat ia mengambil alih tampuk kepresidenan AS pada Januari, meskipun ada tentangan lama dari Israel.
Siapakah Mohsen Fakhrizadeh?
Fakhrizadeh adalah ilmuwan nuklir Iran paling terkenal dan perwira senior Korps Pengawal Revolusi Islam.
Dia telah lama dibicarakan oleh sumber keamanan Barat sebagai orang yang sangat kuat dan berperan penting dalam program nuklir Iran.
Menurut dokumen rahasia yang diperoleh Israel pada 2018, ia memimpin program pembuatan senjata nuklir.
Pada saat itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan ia mengidentifikasi Fakhrizedeh sebagai kepala ilmuwan dalam program tersebut, dan mendesak orang untuk "mengingat nama itu".
Bagaimana kejadian yang menimpa Mohsen Fakhrizadeh?
Dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat, kementerian pertahanan Iran mengatakan, "Teroris bersenjata menargetkan kendaraan yang membawa Mohsen Fakhrizadeh, kepala organisasi penelitian dan inovasi kementerian.
"Setelah bentrokan antara teroris dan pengawalnya, Fakhrizadeh terluka parah dan dilarikan ke rumah sakit.
Sayangnya, upaya tim medis untuk menyelamatkannya tidak berhasil dan ia meninggal.
Laporan media Iran mengatakan para penyerang menembaki ilmuwan itu di mobilnya.
Kantor berita Fars sebelumnya melaporkan ada ledakan mobil di kota Absard, dengan saksi menyebut bahwa "tiga sampai empat orang, yang dikatakan teroris, tewas".
Pada 2015, New York Times membandingkan Fakhrizadeh dengan J. Robert Oppenheimer, fisikawan yang mengarahkan Proyek Manhattan yang selama Perang Dunia Kedua menghasilkan senjata atom pertama.
Fakhrizadeh, yang merupakan seorang profesor fisika, dikatakan telah memimpin Proyek Amad, program terselubung yang didirikan pada tahun 1989 untuk meneliti potensi untuk membuat bom nuklir. Program itu ditutup pada tahun 2003, menurut IAEA, meskipun Netanyahu mengatakan dokumen yang diambil pada tahun 2018 menunjukkan Fakhrizadeh memimpin program yang secara diam-diam melanjutkan pekerjaan Proyek Amad.
IAEA telah lama ingin berbicara dengannya sebagai bagian dari penyelidikannya terhadap program nuklir Iran.
Kecurigaan bahwa Iran menggunakan program tersebut sebagai kedok untuk mengembangkan bom nuklir mendorong Uni Eropa, AS dan PBB menjatuhkan sanksi yang melumpuhkan pada tahun 2010.
Kesepakatan 2015 yang dicapai Iran dengan AS, Inggris, Prancis, China, Rusia, dan Jerman membatasi aktivitas nuklir Iran dengan imbalan pencabutan sanksi.
Namun sejak Presiden Trump membatalkan kesepakatan itu, kesepakatan itu gagal. Awal bulan ini, IAEA mengatakan Iran memiliki lebih dari 12 kali jumlah uranium yang diperkaya daripada yang diizinkan berdasarkan kesepakatan.
Sementara itu, ketegangan antara AS dan Iran telah meningkat dan memuncak pada Januari dengan pembunuhan komandan pasukan Quds Pengawal Revolusi Iran Jenderal Qasem Soleimani oleh Amerika.