Perbatasan Arab Saudi-Irak Kembali Dibuka Setelah 30 Tahun
- republika
REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Irak dan Arab Saudi telah membuka penyeberangan perbatasan Arar untuk pertama kalinya setelah ditutup selama 30 tahun. Perbatasan kedua negara ini kembali dibuka untuk kepentingan perdagangan.
Para pejabat tinggi, termasuk Menteri dalam Negeri Irak dan Duta Besar Arab Saudi untuk Irak, melakukan perjalanan dari Baghdad untuk secara resmi membuka perbatasan Arar. Bahkan antrean truk kargo telah menunggu sejak Rabu pagi (18/11) untuk bisa melintas di perbatasan Arar.
"Delegasi dari Riyadh akan membuka sisi perbatasan Arab Saudi, yang akan terbuka untuk angkutan barang dan orang," menurut pernyataan itu dilansir dari Aljazirah, Kamis (19/11).
Arar ditutup sejak 1990 setelah kedua negara memutuskan hubungan diplomatik, setelah invasi Irak ke Kuwait dibawah kepemimpinan Saddam Hussein. Hubungan kedua negara belum membaik sejak 1990 bahkan setelah Saddam Hussein digulingkan.
Cairnya hubungan kedua negara ini mulai terlihat pada 2017, yakni ketika Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir melakukan perjalanan ke Baghdad dan Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi ke Riyadh. Ini merupakan kunjungan pertama dalam beberapa dekade.
Perbatasan Arar selama ini hanya dibuka untuk mengizinkan jamaah Irak melakukan perjalanan ke Mekkah untuk ibadah haji. Perdana Menteri Irak saat ini Mustafa al-Kadhimi disebut memiliki hubungan dekat dengan Putra Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman.
Al-Kadhimi hendak melakukan perjalanan ke Arab Saudi dalam perjalanan luar negeri pertamanya sebagai Perdana Menteri Irak pada Mei lalu. Tetapi, kunjungan itu dibatalkan pada menit terakhir setelah Raja Saudi Salman dirawat di rumah sakit.
Pembukaan kembali perbatasan kedua negara ini untuk meningkatkan perdagangan dan pertukaran ekonomi. Sayangnya, keputusan ini mendapatkan reaksi keras dari sekutu Iran di Baghdad. Fraksi pro-Iran di Irak tetap berdiri teguh menentang hubungan untuk lebih dekat dengan Arab Saudi.
Menjelang pembukaan Arar, salah satu kelompok yang mengidentifikasi dirinya sebagai Ashab al-Kahf, menerbitkan sebuah pernyataan yang mengumumkan penolakan proyek Saudi di Irak. Namun, penolakan tersebut langsung ditepis al-Kadhimi dengan mengatakan investasi Saudi dapat mendatangkan banyak pekerjaan baru ke Irak di mana lebih dari sepertiga pemuda Irak menganggur. Al-Kadhimi telah berusaha untuk mempercepat investasi asing, termasuk dukungan Saudi untuk energi dan pertanian.
www.aljazeera.com/amp/news/2020/11/18/iraq-saudi-reopen-arar-border-crossing-after-30-years