Militer AS Disebut Beli Data Lokasi dari Aplikasi Muslim Pro
- republika
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Militer AS dilaporkan membeli data lokasi jutaan Muslim dari seluruh dunia. Media daring Motherboard dari Vice melaporkan data ini diperoleh melalui aplikasi ibadah populer dan aplikasi kencan Muslim.
Situs teknologi ini melaporkan militer AS menggunakan dua metode terpisah untuk mendapatkan data lokasi pengguna, Senin (16/11). Metode pertama diketahui melibatkan produk bernama Locate X.
Dilansir di Middle East Eye, Selasa (17/11), Motherboard menyebut Komando Operasi Khusus AS (USSOCOM), cabang militer yang ditugaskan untuk kontraterorisme, penumpasan pemberontakan, dan pengintaian khusus ini membeli akses ke Locate X. Hal ini dilakukan untuk membantu operasi pasukan khusus di luar negeri.
Metode kedua untuk mendapatkan data melibatkan perusahaan bernama X-Mode. Perusahaan disebut memperoleh data lokasi langsung dari aplikasi, kemudian menjual data tersebut ke kontraktor, dan dengan ekstensi ditujukan ke militer AS.
Laporan tersebut menemukan Muslim Pro, sebuah aplikasi yang menginformasikan waktu sholat harian serta memberi tahu pengguna arah ke Makkah terkait lokasi mereka saat ini, mengirim data penggunanya ke X-Mode. Muslim Pro menyebut dirinya sebagai "Aplikasi Muslim Paling Populer!" yang di dalamnya termasuk bagian dan bacaan audio Alquran.
Menurut Google Play Store, aplikasi ini telah diunduh lebih dari 50 juta kali di seluruh dunia pada perangkat Android. Sementara di platform lain, termasuk Ios, situs Muslim Pro menyebut aplikasinya telah diunduh lebih dari 95 juta pengguna.
Beberapa pengembang aplikasi yang dihubungi Motherboard tidak mengetahui kepada siapa data lokasi pengguna mereka akan dikirimkan nantinya. Sementara itu, hingga berita ini dikeluarkan Muslim Pro masih belum memberikan komentar.
Aplikasi lain yang ditemukan Motherboard mengirim data pengguna ke X-Mode adalah Muslim Mingle. Aplikasi kencan ini telah diunduh pengguna lebih dari 100 ribu kali.
Motherboard mencatat pengguna aplikasi yang banyak terlibat dalam rantai pasokan data adalah kelompok Muslim. Hal ini patut dicatat, mengingat puluhan tahun AS mengumumkan perang di negara-negara mayoritas Muslim, termasuk Afghanistan, Irak dan Pakistan.
Dalam sebuah pernyataan, Senator Ron Wyden mengatakan X-Mode menjual data lokasi yang diambil dari telepon AS ke pelanggan militer AS. "Dalam panggilan telepon September dengan kantor saya, pengacara untuk broker data X-Mode Social mengonfirmasi perusahaan tersebut menjual data yang dikumpulkan dari telepon di AS ke pelanggan militer AS, melalui kontraktor pertahanan," kata dia.
Ia melanjutkan, mengutip perjanjian non-disclosure, perusahaan tersebut menolak mengidentifikasi kontraktor pertahanan tertentu atau lembaga pemerintah tertentu yang membeli data tersebut. Dalam wawancara dengan CNN pada April, CEO X-Mode Joshua Anton, mengatakan perusahaan melacak 25 juta perangkat di Amerika Serikat setiap bulan.
Sebanyak 40 juta pelacakan dilakukan di tempat lain, termasuk Uni Eropa, Amerika Latin, dan kawasan Asia-Pasifik. Direktur Fakultas di Berkeley Center for Law and Technology, Chris Hoofnagle, mengatakan meskipun aplikasi tersebut menyertakan informasi tentang privasi dalam pengungkapannya, banyak pengguna akan terkejut dengan gagasan data mereka dijual ke militer AS.
"Pertanyaan yang harus diajukan adalah apakah konsumen dari layanan ini akan meramalkan penggunaan ini dan menyetujui jika secara eksplisit data mereka diminta," kata Hoofnagle.
Ia juga menyebut, pengguna yang bukan orang melek teknologi tidak akan menggunakan data militer dalam pikiran mereka. Hal ini juga tidak akan terpikirkan bahkan jika mereka membaca laporan terbuka.
https://www.middleeasteye.net/news/us-military-buying-location-data-popular-muslim-app