Warga Indonesia Petik Pelajaran dari Pilpres AS: Harga Perbedaan

Indah Nuritasari bersama dengan keluarganya saat menghadiri perayaan yang digelar di pusat kota Philladelphia.
Sumber :
  • abc

Indah Nuritasari, warga Indonesia di kota Philadelphia, Amerika Serikat ikut datang ke perayaan di pusat kota akhir pekan lalu, setelah Joe Biden dinyatakan sebagai pemenang Pilpres AS tahun ini.

Tapi Indah yang masih berstatus warga Indonesia mengaku jika alasannya datang ke perayaan tersebut bukan semata-mata karena kemenangan Joe Biden.

Indah yang sudah berada di AS sejak 2001 mengatakan jika suami dan anak-anak di keluarganya memiliki pilihan yang berbeda saat mencoblos: ada yang konservatif dan mendukung Donald Trump, ada juga yang "sangat demokrat" dan memilih Joe Biden.

"Saya belajar banyak untuk menghargai perbedaan dari situ," ujar Indah yang bekerja di salah satu lembaga non-profit di Amerika Serikat.

"Kita merasakan bahwa demokrasi itu bisa menjadi indah juga, ini buat saya adalah pesta demokrasi dan pembelajaran buat kita semua bahwa setiap suara itu berharga dan perlunya untuk berpolitik," ujar Indah.

Para pakar menilai jika jumlah partisipasi pemilih pada pemilihan presiden Amerika Serikat tahun ini menjadi yang terbanyak dalam sejarah demokrasi negara tersebut.

Tapi tidak sedikit terjadi perpecahan diantara teman dan keluarga akibat pemilihan presiden Amerika Serikat, seperti yang terjadi di Indonesia saat Pemilihan Presiden tahun 2019 lalu.

Sejumlah warga Indonesia di Amerika Serikat juga merasakan hal serupa juga terjadi di sesama diaspora Indonesia antara pendukung atau pemilih Donald Trump dan Joe Biden.

Seperti yang diamati Lia Sundah Suntoso, warga Indonesia yang menjadi pengacara di New York City.

"Mau Indonesia, Amerika, sama saja teman-teman juga jadi main kubu-kubuan. Satu keluarga saja bisa berselisih," ujar Lia.


Lia Sundah Suntoso di New York mengaku jika pilpres di Amerika menjadi cerminan dengan perbedaan pendapat yang juga terjadi saat pilpres di Indonesia. (Foto: Koleksi pribadi)

 

"Saya berkaca kepada diri saya sendiri, membandingkan pada saat Pilpres 2019 [di Indonesia] yang lalu dan saat ini saya nonton dari pinggir lapangan."

Sejumlah pihak yang dihubungi ABC Indonesia di Amerika Serikat mengaku jika perselisihan umumnya terjadi di sejumlah jejaring sosial dengan kekhawatiran akan merusak hubungan diantara sesama komunitas Indonesia.

Tapi Lia berharap ini tidak akan berlarut-larut.

"Ini hanyalah sebuah pilihan, bukan sesuatu yang salah," ujarnya.


Pengunjuk rasa di kota Philadelphia pada tanggal 4 November lalu terkait pemilhan presiden Amerika Serikat. (AP: Matt Slocum)

 

"Setuju untuk berbeda pendapat"

Dari pengamatannya melihat ketegangan antar pendukung saat pilpres Amerika Serikat, Indah mengatakan kedewasaan dalam berpolitik masih perlu diupayakan, meski akan membutuhkan waktu yang lama.

"Orang-orang Indonesia, termasuk saya, masih harus belajar untuk mendewaskan diri dalam perbedaan berpolitik," jelasnya.

Dari pengalamannya memiliki anggota keluarga yang punya pilihan berbeda, menurutnya kedewasaan berpolitik bisa dilakukan dengan mulai mendengarkan dan memahami perbedaan pandangan atas orang lain.

"Kita harus bisa berdiskusi dan mendengarkan, bagian mana yang saya setuju, bagian mana yang saya tidak setuju."

"Kalau kita tidak setuju satu hal, bukan berarti memusuhi orang itu," kata Indah.

"Kita setuju untuk berbeda pendapat," ujar Indah yang juga pemimpin redaksi Indonesian Lantern, media komunitas Indonesia di Amerika Serikat.


Tingkat partisipasi pemilih pada pemilihan presiden Amerika Serikat tahun ini tercatat sebagai salah satu yang tertinggi sepanjang sejarah. (Reuters: Eric Thayer)

 

Ajakan untuk "berdamai"

Lia mengaku meski ia berstatus warga Indoensia, namun pemilihan presiden di Amerika Serikat kali ini menjadi "pelajaran luar biasa" bagi dirinya.

"Pemilihan kali ini khusus, karena dunia dan Amerika Serikat yang udah terpolarisasi. Karena itu, saling rangkul yang nyata itu benar-benar menjadi hal lebih penting."

"Jadilah juru damai. Ada kalah, ada menang."

Menurutnya, di saat semua orang menjadi "tidak rasional" apalagi di jaman pandemik COVID-19 sekarang ini, semua kalangan harus saling dukung.

"Semoga semua kubu segera move on untuk menghadapi masalah bersama yakni bertahan dari COVID-19."

Sementara itu, Indah mengaku jika ada beberapa teman yang mengajaknya agar membuat kegiatan bagi komunitas Indonesia di Philadelphia yang sebelumnya berbeda pendapat saat pilpres Amerika Serikat agar mereka bisa tetap "bersatu dan berdamai".