Ribuan Muslim India Turun ke Jalan Protes Macron
- republika
REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Protes terhadap Presiden Prancis, Emmanuel Macron terjadi di berbagai kota di seluruh India. Warga India mengungkapkan kemarahan atas sikap Presiden Prancis Emmanuel Macron yang membenarkan karikatur Nabi Muhammad dalam edisi majalah satir Charlie Hebdo.
India memiliki populasi Muslim terbesar kedua di dunia setelah Indonesia. Komunitas Muslim melakukan pawai protes dan mengadakan demonstrasi di Mumbai, Bhopal, Aligarh, Hyderabad, ibu kota Kashmir Srinagar, dan di kota tua Vadodara Gujarat.
Di Madhya Pradesh, India tengah, anggota Kongres, Arif Masood, memimpin ribuan pengunjuk rasa yang mengangkat slogan-slogan menentang Macron. Sementara di Gujarat, poster yang memuat foto Macron bertuliskan "Boikot Macron" dan "Boikot Prancis" ditempelkan di jalan.
Masood dan beberapa ulama terkemuka bersama dengan 2.000 lebih orang menjadi incaran polisi karena melakukan demonstrasi yang menentang pembatasan Covid-19. “Apa yang dikatakan Presiden Prancis sangat mengerikan. Dia telah menghina kami dan tidak menunjukkan penyesalan," kata ulama asal Mumbai, Maulana Syed Ali, dilansir RFI, Senin (2/11).
Dewan Hukum Personal Muslim Seluruh India mengimbau semua Muslim memboikot barang-barang Prancis. Protes serupa telah terjadi di Bangladesh, Afghanistan, Pakistan, Mali, Mauritania, dan Lebanon.
Macron telah mengambil sikap keras terhadap Islam radikal dengan menekankan Prancis tidak akan melepaskan nilai-nilainya meskipun kemarahan meningkat terhadap karikatur Nabi. Ini terjadi setelah pemenggalan kepala guru sekolah, Samuel Paty pada 16 Oktober lalu setelah dia menunjukkan kartun Nabi Muhammad kepada siswanya di kelas tentang kebebasan berekspresi.
Dua pekan kemudian tiga orang dibunuh di sebuah gereja di Nice pada Kamis oleh seorang penyerang berpisau. Di tengah protes yang diadakan oleh Muslim India, pemerintah India menegaskan pendiriannya dengan Macron. Macron telah dikritik oleh para pemimpin dunia Muslim, terlebih Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang mempertanyakan kewarasan Macron.
"Kami sangat menyesalkan serangan pribadi dalam bahasa yang tidak dapat diterima terhadap Presiden Emmanuel Macron yang melanggar standar paling dasar dari wacana internasional," kata pernyataan kementerian luar negeri India.
Pernyataan tersebut terus mengecam serangan baru-baru ini. Kementerian luar negeri India menyebut tidak ada pembenaran untuk terorisme untuk alasan apapun atau dalam keadaan apa pun.