Erdogan: Permusuhan Pemimpin Eropa pada Islam Menyebar Seperti Kanker
- republika
REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA --- Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa permusuhan terhadap Islam telah menyebar seperti kanker di Eropa. Ini setelah sederet peristiwa yang menyerang Islam terjadi di negara-negara Eropa, seperti kasus pembakaran Alquran hingga yang terbaru yakni penerbitan karikatur nabi Muhammad oleh majalah Prancis Charlie Hebdo yang kemudian justru didukung oleh Presiden Emmanuel Macron dengan menyebut pembuatan karikatur nabi Muhammad adalah kebebasan berekspresi.
"Sayangnya kita sedang mengalami periode di mana permusuhan terhadap Islam, Muslim dan tidak menghormati Nabi Muhammad menyebar seperti kanker, terutama di antara para pemimpin di Eropa," kata Erdogan dihadapan para anggota Partai Keadilan dan Pembangunan yang tengah berkuasa seperti dilansir Anadolu Agency pada Kamis (29/10).
Menurut Erdogan, apa yang terjadi di Eropa menunjukan sikap ofensif yang meningkat terhadap Islam dan Muslim dengan kedok kebebasan berekspresi. Dalam kesempatan itu, Erdogan juga menegaskan bahwa tak ada Muslim yang menjadi teroris. Sebab terorisme bertentangan dengan ajaran Islam.
"Tidak ada Muslim yang bisa menjadi teroris dan tidak ada teroris yang menjadi Muslim. Karena teroris adalah pembunuh berhati dan berdarah hitam yang tak ragu-ragu membunuh orang yang tidak bersalah untuk mencapai tujuannya sendiri," kata Erdogan.
Erdogan meyakini pihak-pihak yang memusuhi Islam akan tenggelam dalam kebencian mereka sendiri. Erdogan mengatakan bahwa memalukan memberikan penghargaan terhadap sebuah media publikasi yang tak bermoral. "Saya tak perlu mengatakan apa pun tentang sesuatu yang tak terhormat ini, orang yang menghina nabi tercinta yang paling dicintai," katanya.
Pada Rabu (28/10) jaksa di Ibu kota Ankara melakukan penyelidikan kriminal terhadap majalah itu atas konten yang menghina Nabi Muhammad.
"Merupakan kehormatan bagi kami untuk berdiri dengan tulus melawan serangan yang menargetkan nabi kami, yang menghormati Mekah, Madinah, Asiz Afrika, Eropa bahkan seluruh dunia sepanjang waktu. Kami mati bukan saat kami menghembuskan nafas terakhir, tapi ketika kami diam dan tidak merespon dalam menghadapi serangan ini," katanya.
"Prancis dan Eropa pada umumnya tak pantas menerima kebijakan keji, provokatif, jelek, penuh kebencian dari Presiden Prancis Emmanuel Macron dan mereka yang mempunyai mentalitas yang sama," kata Erdogan merujuk pada pernyataan Macron yang mendorong permusuhan terhadap Islam.
Erdogan juga meminta Eropa mengambil inisiatif melawan tren yang tengah berbahaya ini guna masa depan yang lebih cerah. Menurut Erdogan kunjungan Macron ke Lebanon pasca ledakan besar di Pelabuhan Beirut pada Agustus lalu tak disambut oleh orang-orang Lebanon, itu menjadi tanda Macron tak mencapai tujuannya di Lebanon.