Pandemi COVID-19, Menlu Retno Lakukan Diplomasi Medis ke 11 Negara
- Dokumentasi Kemenlu.
VIVA – Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, mengatakan diplomasi Indonesia dalam menghadapi pandemi COVID-19 tidak hanya diarahkan untuk kebutuhan jangka pendek, namun juga untuk kepentingan jangka panjang yang strategis. Hal ini diungkapkan dalam pemaparan Kinerja Diplomasi Satu Tahun Kabinet.
"Sejauh ini Indonesia telah menjalin kerja sama dengan 120 pihak yang terdiri dari 11 negara, 12 organisasi internasional dan 97 NGOs," kata Retno dalam konferensi pers virtual, Kamis 22 Oktober 2020.
Di awal pandemi, diplomasi berfokus untuk pemenuhan kebutuhan alat diagnosis dan pengobatan, antara lain kerja sama produksi bersama untuk melancarkan rantai pasokan alat pelindung diri dan jubah operasi.
Selain itu, pemenuhan kebutuhan bahan baku obat terapi di antaranya Hydroxichloroquine, Hydroxichloroquine Chloroquine Phospate, Oseltamivir Phospate, dan pengadaan obat terapi Avigan. Ditambah pengadaan ventilator sebanyak 1.900 unit lewat dukungan internasional.
Baca juga: Bogor Akan Lakukan Rapid dan Swab Test Massal Saat Libur Panjang
"Mengenai vaksin tugas utama diplomasi adalah membuka jalan dan akses terhadap komitmen penyediaan vaksin baik dari jalur bilateral maupun multilateral. Tugas ini tidak mudah, namun dapat dijalankan dengan baik," tutur Menlu.
Sampai saat ini, diplomasi Indonesia berhasil menyepakati komitmen penyediaan vaksin untuk tahun 2020 sampai dengan 2021. Tak hanya untuk dalam negeri, diplomasi Indonesia juga digerakkan untuk mendukung vaksin di level multilateral.
"Fasilitasi kerja sama antara Bio Farma dengan CEPI (Coalition for Epidemic Preparedness Initiative) dijalankan, termasuk keinginan Bio Farma untuk menjadi salah satu manufacturer vaksin global," kata Retno. (ase)