Fakta-fakta Terungkap di Balik Ledakan Super Dahsyat Beirut Lebanon
- bbc
Para petugas SAR Lebanon masih berupaya menyisir reruntuhan untuk mencari penyintas di sekitar lokasi ledakan yang menewaskan sedikitnya 135 orang dan mencederai lebih dari 5.000 lainnya di Beirut.
Berikut yang kami ketahui sejauh ini
Apa yang terjadi?
Beberapa laporan menyebutkan adanya ledakan di kawasan pelabuhan sekitar pukul 18.00 waktu setempat (22.00 WIB), diikuti dengan kebakaran dan sejumlah letupan kecil yang menurut beberapa saksi mata terdengar seperti bunyi petasan.
Video-video yang diunggah ke media sosial memperlihatkan kepulan asap putih dari sebuah gudang di sebelah tempat penyimpanan biji-bijian di pelabuhan sebelum terjadi ledakan dahsyat yang menimbulkan bola api dan gelombang kejut supersonik berbentuk jamur yang dirasakan seluruh penduduk kota.
Ledakan kedua itu meratakan gedung-gedung dekat pelabuhan dan menyebabkan kerusakan parah di penjuru kota, dengan dua juta penduduk. Berbagai rumah sakit dengan cepat kewalahan menangani pasien.
"Yang kami saksikan adalah malapetaka besar," kata Kepala Palang Merah Lebanon, George Kettani. "Ada banyak korban di mana-mana."
Gubernur Beirut, Marwan Abboud, mengatakan sebanyak 300.000 orang menjadi tunawisma untuk sementara dan jumlah kerugian kolektif diprediksi mencapai Rp145 triliun sampai Rp218 triliun.
Seberapa besar ledakannya?
Para pakar belum bisa menentukan ukuran gelombang kejut yang melanda Beirut. Namun, sebagai gambaran, gelombang tersebut meluluh lantakkan kaca-kaca terminal penumpang Bandara Internasional Beirut yang berjarak 9 km dari pelabuhan.
Ledakan juga terdengar sampai ke Siprus, yang terpisahkan Laut Mediterania sejauh 200 km. Bahkan, para pakar seismologi dari Lembaga Survei Geologi Amerika Serikat mengatakan ledakan itu setara dengan gempa bermagnitudo 3,3.
Apa penyebabnya?
Presiden Lebanon, Michel Aoun, menyalahkan keberadaan 2.870 ton amonium nitrat yang disimpan secara tidak aman di sebuah gudang di pelabuhan.
Jumlah zat kimia yang sama diangkut kapal kargo berbendera Moldova, MV Rhosus, yang berlabuh di Beirut pada 2013 setelah mengalami kendala teknis saat berlayar dari Georgia ke Mozambik.
MV Rhosus diinspeksi, dilarang berlayar kembali, dan sesaat setelah itu ditinggal pemiliknya, menurut situs industri pelayaran Shiparrested.com. Muatan kapal tersebut kemudian dipindah ke gudang pelabuhan atas alasan keselamatan.
Amonium Nitrat berwujud bubuk putih seperti kristal yang biasanya digunakan untuk pupuk pertanian. Namun, zat itu juga bisa dicampur bahan bakar minyak untuk menciptakan bahan peledak yang digunakan di sektor pertambangan dan konstruksi. Kelompok milisi pun pernah membuat bom menggunakan zat tersebut.
Para pakar mengatakan amonium nitrat relatif aman jika disimpan dengan baik dan layak. Akan tetapi, jika tergeletak dalam jumlah besar dan jangka waktu yang lama, bahan kimia itu mulai membusuk.
"Masalah sebenarnya adalah seiring waktu zat itu akan menyerap sedikit uap air dan akhirnya berubah menjadi batu yang sangat besar," jelas Andrea Sella, profesor kimia di University College London kepada BBC.
Kondisi ini membuat bahan kimia itu lebih berbahaya karena jika api mencapainya, reaksi kimianya akan jauh lebih dahsyat.
Kecelakaan industri paling mematikan dalam sejarah AS terjadi pada 1947 di Galveston Bay, Texas. Setidaknya 581 orang tewas ketika lebih dari 2.000 ton amonium nitrat meledak di atas kapal yang berlabuh di pelabuhan.
Siapa yang dipersalahkan?
Presiden Aoun berjanji menggelar penyelidikan atas insiden ledakan di Beirut secara transparan.
"Dengan tekad bulat kami akan menggelar investigasi dan mengungkap keadaan seputar yang terjadi secepat mungkin serta menangkap siapapun yang bertanggung jawab dan siapapun yang lalai dan menjatuhkan mereka dengan hukuman paling berat," kata Aoun pada Rabu (07/08) setelah berkunjung ke pelabuhan yang porak-poranda.
Perdana Menteri Hassan Diab menyebut situasi yang berujung pada peristiwa ledakan tidak dapat diterima.
Manajer Umum Pelabuhan, Hassan Koraytem dan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Lebanon, Badri Daher, mengaku telah memberi peringatan mengenai bahaya penyimpanan amonium nitrat dan sudah meminta bahan kimia itu dipindahkan, namun berulang kali diabaikan.
"Kami memintanya diekspor kembali, namun itu tidak terjadi. Kami menyerahkannya kepada para pakar dan semua yang berkepentingan untuk menentukan mengapa itu terjadi," kata Daher kepada media penyiaran LBCI.
Sejumlah dokumen yang beredar di internet tampak memperlihatkan bahwa para pejabat bea cukai mengirim surat-surat kepada pengadilan untuk meminta arahan setidaknya sebanyak enam kali dari 2014 sampai 2017.
Pemerintah Lebanon telah memerintahkan agar para pejabat di pelabuhan yang bertugas mengawasi penyimpanan amonium nitrat ditahan di rumah masing-masing sampai penyelidikan tuntas.