Selamatkan Katak Kantong Buah Zakar Raksasa, Ilmuwan Galang Kekuatan

BBC Indonesia
Sumber :
  • bbc

Lima lembaga sains menggalang kekuatan dalam upaya mencegah kepunahan katak raksasa Danau Titicaca (Telmatobius culeus).

Binatang tersebut adalah salah satu katak terbesar di dunia yang hanya hidup di perairan Danau Titicaca, yang membentang di perbatasan antara Peru dan Bolivia.

Tujuan dari proyek ini adalah memastikan bahwa katak yang terancam punah ini memiliki masa depan.

Hewan amfibi ini semakin menyusut populasinya akibat polusi pertambahan dan diburu untuk dijadikan bahan baku pengobatan tradisional.

Para ilmuwan akan meneliti habitat katak raksasa ini di Danau Titicaca serta melakoni analisa genetika guna mencari tahu metode terbaik perlindungan spesies tersebut.


Anda mungkin tertarik membaca:

 

 

 

 

 

 


 

Roberto Elías

 

Katak ini menghabiskan hidupnya di perairan Danau Titicaca dan laguna di sekitarnya.

Kulit katak ini tampak kendur dan berlipat sehingga dijuluki `katak kantong buah zakar`.

 

Roberto Elías

 

Para ilmuwan menduga kulit katak tersebut membantunya menyerap lebih banyak oksigen di dalam air danau, yang terletak pada ketinggian 3.800 meter di atas permukaan laut.

Spesies bernama latin Telmatobius culeus ini berukuran besar. Tubuhnya bisa mencapai 14,5cm. Akan tetapi, penjelajah Prancis terkenal, Jacques Cousteau, mengaku pernah menemui salah satu spesies kodok tersebut dengan panjang 50cm pada 1970an.

Katak ini hidup hanya di dalam air dan bisa ditemukan pada kedalaman hingga 100 meter.

Pada 2016, ribuan ekor katak ditemukan mati di pinggir Danau Titicaca. Polusi dari pertanian dan limbah plastik diduga menyebabkan kematian massal tersebut.

 

Stephane Knoll

 

Katak-katak ini juga menjadi incaran khalayak karena keliru dikira memiliki afrodisiak alias zat kimia yang digunakan untuk merangsang daya seksual.

Katak ini dicampur ke dalam minuman bernama "jus kodok" di sejumlah pasar domestik, dan tubuh mereka juga digunakan sebagai jimat.

Kulit mereka yang unik kadang kala dijadikan tas kecil dan kaki mereka dimakan dengan cara dibakar atau dipanggang.

Para ilmuwan yang meneliti mereka berasal dari Museum Sains Bolivia, Museum Sejarah Alam Bolivia, Universitas Cayetano Heredia Peru, Universitas Katolik Kepausan Ekuador, Kebun Binatang Denver AS, dan LSM NaturalWay.

Peneliti-peneliti tersebut mendapat sokongan dari pemerintah Peru, Bolivia, dan lembaga United Nations Development Programme.

Semua foto dilindungi hak cipta Museum Sejarah Alam Bolivia "Alcide d`Orbigny".