74 Ribu Orang Meninggal di Brasil karena COVID, Stok Peti Mati Menipis
- bbc
Wabah virus corona di Brasil menjadi salah satu yang terparah di dunia, dengan lebih dari 2 juta kasus tercatat sejak bulan Maret.
Angka total resmi mencapai 2.012.151 pada Kamis (16/07), menurut catatan Kementerian Kesehatan.
Bahkan, Brasil adalah negara yang terdampak paling parah setelah AS. Lebih dari 74.000 orang meninggal dunia dengan virus corona di sana dan, karena kurangnya pengujian, angka sebenarnya diyakini jauh lebih tinggi.
Di sini, kami menggambarkan bagaimana pandemi terjadi di negara Amerika Selatan itu.
Wabah itu agak lama mencapai Brasil dan ketika akhirnya datang, gelombang pertama kasus melanda wilayah Amazonas.
Di ibu kota negara bagian, Manaus, seorang lelaki menata peti mati di ruang duka.
Pihak berwenang memperingatkan bahwa stok peti mati di wilayah itu kemungkinan akan habis. Mereka dipaksa untuk menggali situs pemakaman besar saat kematian melonjak, dan kemiskinan serta kekurangan gizi membuat penanganan virus di jantung hutan hujan Amazon menjadi tantangan besar.
Komunitas adat adalah salah satu yang paling parah terdampak oleh virus, dan Manaus adalah rumah bagi sebagian besar dari mereka.
Banyak rumah mereka terletak jauh dari fasilitas kesehatan. Di pinggiran kota, perawat Vanderlecia Ortega dos Santos, merespons krisis dengan menjadi relawan untuk merawat komunitas pribumi yang terdiri dari 700 keluarga.
Dan di sini, sejumlah orang terlihat mengangkut peti mati di sebuah desa di negara bagian Pará. Peti itu belakangan dikubur di pemakaman di mulut sungai Amazon.
Tapi tak lama kemudian virus menyebar ke kota-kota besar seperti Rio de Janeiro dan São Paulo. Jumlah kasus pun mulai melonjak tajam.
Pada Mei, walikota São Paulo memperingatkan bahwa sistem kesehatannya, yang sejak awal kekurangan dana, berada di ambang kehancuran ketika kota itu menjadi titik panas baru untuk Covid-19. Ia mengatakan, permintaan untuk tempat tidur rumah sakit telah meroket.
Rumah sakit ini, dibangun di dalam sebuah sasana olahraga di São Paulo, adalah salah satu dari banyak fasilitas darurat yang dibuka.
Namun meskipun ada peningkatan kasus, masih tidak ada karantina nasional. Negara-negara bagian dan kota-kota memberlakukan aturan pembatasan masing-masing, tapi ini ditanggapi dengan protes dan data kemudian menunjukkan bahwa kepatuhan berkurang seiring berjalannya waktu.
Perintah tetap di rumah dan pembatasan lainnya dikritik oleh Presiden berhaluan ekstrem kanan Jair Bolsonaro, yang mengecamnya sebagai "diktator". Ia bahkan bergabung dengan protes anti-lockdown di ibu kota, Brasilia.
Gambar ini menunjukkan pendukung presiden pada demonstrasi terpisah di Rio de Janeiro.
Bolsonaro telah berulang kali meremehkan risiko Covid-19, yang ia sebut hanya "flu ringan", dan responsnya terhadap pandemi ini banyak dikritik.
Ia berpendapat bahwa karantina wilayah menimbulkan efek yang lebih merusak daripada virus itu sendiri, dan menuduh media menyebarkan kepanikan dan paranoia.
Sang presiden juga terlihat bertemu para pendukung tanpa mengenakan topeng, seperti di Brasilia.
Dan meskipun banyak orang juga sama prihatinnya dengan dampak ekonomi dari lockdown, para pejabat kesehatan tidak setuju dengan pendekatan Presiden Bolsonaro. Bahkan, dua dokter telah lengser dari jabatan menteri kesehatan sejak pandemi dimulai; satu dipecat, satu mengundurkan diri.
Bolsonaro juga mengatakan dia tidak akan terdampak serius oleh virus. "Saya tidak akan tumbang hanya karena flu ringan," katanya pada bulan Maret. Pernyataan sesumbar itu sedang diuji, karena awal bulan ini ia dinyatakan positif Covid-19.
Gambar ini menunjukkan presiden bertemu duta besar AS Todd Chapman sehari sebelum dia mengatakan mulai merasakan gejala. Keduanya terlihat berjabat tangan, dan Chapman menjalani karantina tak lama kemudian.
Pada 20 Juni, Brasil menjadi negara kedua yang melampaui satu juta kasus dan jumlah itu terus meningkat dengan mantap. Para ahli mengatakan angka sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi karena kurangnya pengujian.
Tapi karantina wilayah diangkat bahkan saat jumlah kasus melonjak. Di Rio dan São Paulo, restoran dan bar dibuka kembali kendati transmisi terus meningkat.
Meningkatnya kasus-kasus dan relaksasi aturan lockdown membuat sebagian warga Brazil merasa bahwa mereka perlu mengambil tindakan sendiri.
Dan satu pasangan mengambil langkah ekstrem untuk menjaga diri mereka tetap aman.
Penyakit paru-paru kronis berarti akuntan Tercio Galdino, 66 tahun, berisiko tinggi terkena Covid-19. Ia dan istrinya memakai pakaian khusus saat keluar rumah dan berjalan-jalan di Rio de Janeiro. Dan, sebagai bonus, pakaian itu melambangkan kecintaannya pada ruang angkasa.
Bagaimanapun ada sedikit harapan. Dua tes vaksin utama, dalam kemitraan dengan perusahaan farmasi AstraZeneca dan Sinovac, akan segera memulai pengujian tahap akhir pada ribuan sukarelawan di Brasil.
Harapannya ialah terobosan dalam bidang ini bisa membantu Brasil memutar balik peningkatan jumlah kasus dan kematian yang mengkhawatirkan. Gambar yang mencolok ini menunjukkan sebuah pemakaman di Manaus tempat kuburan-kuburan baru digali selama pandemi.
Semua gambar memiliki hak cipta.