Virus Corona Bermutasi, Apakah Ini Membuatnya Lebih Mudah Menular?

BBC Indonesia
Sumber :
  • bbc

 

Getty Images
Rumah sakit University College di London, tempat penelitian tentang mutasi virus corona.

 

Virus corona yang mengancam dunia saat ini tidaklah sama dengan virus corona yang pertama kali muncul di China.

Sars-CoV-2 nama resmi virus yang menyebabkan penyakit Covid-19, dan terus mengakibatkan kehancuran di seluruh dunia, sedang bermutasi.

Namun, meskipun para ilmuwan telah menemukan ribuan mutasi, atau perubahan pada materi genetik virus, hanya satu yang sejauh ini diduga mengubah perilakunya.

Pertanyaan krusial tentang mutasi ini ialah: apakah ini membuat virus lebih mudah menular - atau lebih mematikan - bagi manusia? Dan dapatkah ia mengancam kesuksesan vaksin di masa depan?

 

 

Virus corona ini sebenarnya berubah sangat lambat dibandingkan virus flu lain. Dengan relatif rendahnya tingkat kekebalan alami di populasi, tiadanya vaksin, dan sedikit pengobatan yang efektif, tidak ada tekanan bagi si virus untuk beradaptasi. Sejauh ini, ia bisa terus menyebar saja sudah bagus.

Mutasi itu - dinamai D614G dan terletak di dalam protein yang menyusun spike atau "ujung runcing" yang digunakan virus untuk menerobos ke dalam sel manusia - muncul tak lama setelah wabah pertama di Wuhan, barangkali di Italia. Mutasi itu kini ditemukan di sebanyak 97% sampel di seluruh dunia.

 

Keuntungan evolusi

 

Pertanyaannya ialah apakah dominasi mutasi ini memberi virus suatu keuntungan, ataukah hanya kebetulan.

Virus tidak punya rencana. Mereka terus bermutasi dan meskipun beberapa perubahan akan membantu virus bereproduksi, beberapa justru bisa menghambatnya. Perubahan lainnya adalah netral. Mereka adalah "produk sampingan dari replikasi virus," kata Dr. Lucy van Dorp, dari University College London. Mutasi-mutasi itu "hanya menumpang" di virus tanpa mengubah perilakunya.

Mutasi yang muncul bisa menjadi sangat umum hanya karena terjadi pada awal wabah dan kemudian tersebar — dikenal sebagai "efek pendiri" (founder effect). Inilah yang diyakini dr. van Dorp dan timnya sebagai penjelasan mengapa mutasi itu mendominasi. Tapi hipotesis ini kontroversial.

Semakin banyak - mungkin mayoritas - pakar virologi kini percaya, seperti dijelaskan dr. Thushan de Silva di University of Sheffield, terdapat cukup banyak data untuk mengatakan versi virus ini memiliki "keuntungan selektif" dalam evolusi daripada versi sebelumnya.

Meskipun belum ada cukup bukti untuk mengatakan "ia lebih mudah menular" pada manusia, ujarnya, ia yakin mutasi itu "tidak netral".

Ketika diteliti dalam kondisi laboratorium, virus yang bermutasi mampu memasuki sel manusia lebih baik dari virus tanpa variasi itu, kata profesor Hyeryun Choe dan Michael Farzan, di Universitas Scripps di Florida. Perubahan pada protein "ujung runcing" yang digunakan virus untuk mengait pada sel manusia tampak memungkinkannya untuk "menempel lebih baik dan berfungsi lebih efisien."

 

BBC

 

Tapi di situlah mereka menarik batas.

Prof. Farzan mengatakan protein spike virus-virus ini berbeda dengan cara yang "konsisten dengan, tapi tidak membuktikan, penularan yang lebih besar".

 

Hasil penelitian di laboratorium

 

Di Pusat Teknologi Genom Universitas New York, dr Neville Sanjana, yang biasanya mengerjakan teknologi pengeditan gen Crispr. telah melangkah lebih jauh.

Timnya `mengedit` sebuah virus sehingga memiliki perubahan pada protein spike dan mengadunya dengan virus Sars-CoV-2 yang tanpa mutasi dari wabah awal di Wuhan, dalam sel-sel jaringan manusia. Hasil uji itu, ia percaya, membuktikan bahwa virus yang bermutasi lebih cepat menular daripada versi aslinya, setidaknya di laboratorium.

Dr. van Dorp menekankan "tidak jelas" seberapa representatif hasil itu dalam menjelaskan penularan pada pasien sungguhan. Tapi Prof. Farzan mengatakan "perbedaan biologis yang mencolok" ini "cukup penting untuk menambah bukti" yang mendukung gagasan bahwa mutasi membuat virus lebih mudah menyebar.

 

BBC

 

GEJALA dan PENANGANAN: Covid-19: Demam dan batuk kering terus menerus

PETA dan INFOGRAFIS: Gambaran pasien yang terinfeksi, meninggal dan sembuh di Indonesia dan dunia

VAKSIN: Seberapa cepat vaksin Covid-19 tersedia?

Laporan khusus BBC terkait Covid-19

 

BBC

 

Di luar cawan Petri, ada beberapa bukti tidak langsung bahwa mutasi ini membuat virus corona lebih mudah menular pada manusia. Dua penelitian menunjukkan pasien dengan virus yang bermutasi ini memiliki jumlah virus yang lebih besar dalam sampel uji swab mereka. Hal itu bisa menunjukkan bahwa mereka lebih mudah menularkan ke orang lain.

Namun mereka tidak mendapatkan bukti bahwa orang-orang itu menjadi lebih sakit atau tinggal di rumah sakit lebih lama.

Secara umum, menjadi lebih mudah menular bukan berarti virus lebih mematikan — seringkali kenyataannya sebaliknya. Tidak ada bukti bahwa virus corona bermutasi untuk membuat pasien lebih sakit atau kurang sakit.

Tapi bahkan dalam hal penularan, viral load (jumlah virus) hanya merupakan indikasi seberapa baik virus menyebar dalam tubuh seseorang orang. Itu tidak serta merta menjelaskan seberapa mudah ia menginfeksi orang lain.

"Standar emas" penelitian - uji coba terkontrol - belum dilakukan. Itu mungkin melibatkan, misalnya, menginfeksi hewan dengan salah satu atau varian lain dari virus untuk melihat mana yang lebih cepat menyebar dalam suatu populasi.

Salah satu peneliti utama dalam studi itu, Profesor Bette Korber, di Los Alamos National Laboratory di AS, mengatakan tidak ada konsensus, tetapi gagasan bahwa mutasi meningkatkan viral load pasien "menjadi kurang kontroversial seiring semakin banyak data yang terkumpul".

 

Mutasi telah menjadi pandemi

 

Dalam melihat populasi secara keseluruhan, sulit untuk mengamati virus menjadi lebih (atau kurang) menular. Jalurnya telah secara drastis diubah oleh campur tangan manusia, termasuk dengan lockdown.

Tapi Prof. Korber mengatakan fakta bahwa varian yang saat ini tampaknya dominan di mana-mana, termasuk di China, menunjukkan ia mungkin lebih baik dalam penyebaran antar manusia dibandingkan versi aslinya. Kapan pun kedua versi itu beredar pada saat yang sama, varian baru selalu mengambil alih.

Faktanya, varian D614G begitu dominan, sekarang merekalah yang menjadi pandemi. Dan sudah beberapa waktu ini demikian — mungkin bahkan sejak awal epidemi di tempat-tempat seperti Inggris dan pantai timur AS.

Jadi, seiring bertambahnya bukti-bukti bahwa mutasi ini tidak netral, ia tidak serta merta mengubah cara kita berpikir tentang virus ini dan penyebarannya.

Satu hal yang melegakan, sebagian besar vaksin yang sedang dalam pengembangan saat ini didasarkan pada wilayah spike yang berbeda sehingga temuan mutasi baru ini seharusnya tidak berdampak pada pengembangannya. Dan ada beberapa bukti bahwa varian baru itu sama sensitifnya dengan antibodi, yang bisa melindungi Anda terhadap infeksi begitu Anda sudah terinfeksi — atau sudah divaksinasi.

Bagaimanapun karena sains tentang Covid-19 bergerak begitu cepat, ini adalah sesuatu yang semua ilmuwan - apapun pandangan mereka terhadap mutasi saat ini - akan awasi baik-baik.


Sudah pernah menyimak saluran YouTube BBC Indonesia? Silakan berlangganan

https://www.youtube.com/watch?v=UFSg66hbnTA&feature=youtu.be

https://www.youtube.com/watch?v=R_NXnQYSa_E&feature=youtu.be

https://www.youtube.com/watch?v=EJb082dBR1s&feature=youtu.be