Tujuh Agenda Setting Media China Dituduh Main di Demonstrasi Hong Kong
- Radio BBC
VIVA – Para demonstran, figur demokrasi dan aktivis antipemerintah Hong Kong menuduh China juga memanfaatkan media massanya untuk "membalut" pemberitaan demonstrasi Hong Kong seakan-akan sebuah kebrutalan. Menurut tokoh demonstran sebagaimana dilansir laman BBC, ada sejumlah "jurus" agenda setting 'cara komunikasi untuk membentuk persepsi' yang dimainkan media China untuk mengemas pemberitaan soal kerusuhan Hong Kong tersebut.
Namun memang soal tudingan ini belum dijawab resmi oleh pemerintah China maupun media massa. Diketahui bahwa China memang bukan negara demokrasi dan kebebasan pers tidak dijamin di negara tirai bambu tersebut.
Melalui media sosial China, WeChat disebutkan ada sejumlah isu yang disebarkan untuk membentuk perspektif bahwa publik demonstran adalah perusuh. Awalnya media massa China bergeming pada gelombang demonstrasi Hong Kong paling awal. Namun setelah berkelanjutan, China disebut akhirnya ikut "main' dengan menggunakan agenda setting media. Tujuh hal tersebut antara lain:
Pertama, China hanya diam saat demonstrasi terjadi di Hong Kong seakan-akan tiada yang terjadi di kota otonom dan wilayah administratif yang mandiri itu. Hingga 9 Juni 2019 menurut para demonstran, meski aparat brutal dan berjatuhan korban namun media massa China tak sedikit pun memberitakan peristiwa ini.
Kedua, media China dituding kemudian mengemas berita demonstrasi Hong Kong dengan sudut pandang bahwa unjuk rasa di Hong Kong tak lepas dari sokongan Barat khususnya Amerika Serikat. China menuduh bahwa bantuan luar negeri bermain di sana. Pemerintah China kemudian disebut sengaja membuat angle kemarahan dan memposisikan diri seakan-akan paling dirugikan.
Ketiga, demonstran Hong Kong kemudian mengidentifikasi media China memainkan isu bahwa ada keterlibatan gangster dan triad dalam kerusuhan Hong Kong dan malah menonjolkan hal itu. Tak sedikit pun media China mencari sisi pemberitaan demokrasi yang disuarakan oleh demonstrasi.
Keempat, media China disebut melabel empat tokoh veteran Hong Kong prodemokrasi sebagai figur sindikat Gang of Four. Mereka juga dikaitkan pada perlawanan Revolusi Kultural terhadap Inggris di Hong Kong.
Kelima, China menyebar informasi rekaman dan foto yang disebut diambil oleh orang-orang asing yang terkesan menyudukan demonstran Hong Kong sekaligus memuji langkah China merespons aksi berkepanjangan itu. Tak hanya itu, China mengangkat film-film dokumenter yang memiliki angle menghadap-hadapkan masalah kedaulatan China dan demonstrasi Hong Kong.
Keenam, China disebut mengangkat pemberitaan yang menunjukkan bahwa terjadi penjarahan terhadap lini-lini terkenal dunia di area Hong Kong, Taiwan dan Macau. Hal itu disebut terjadi di toko merek dagang global Calvin Klein, Versace hingga Swarovski yang disebut menjadi target massa.
Ketujuh, China juga memberdayakan para artis dan pesohornya yang terkenal untuk berkampanye mendukung sikap Beijing terhadap demonstrasi Hong Kong. Salah satunya adalah Liu Yifei, aktris muda China yang membintangi film edisi terbaru Mulan produksi Disney. Namun dukungan Liu Yifei atas China melalui media sosial kemudian menuai kritik usai dukungan itu menjadi viral keran mendukung polisi Hong Kong via medsos Sina Weibo.