Kim Jong-un Klaim Korut atasi Virus Corona secara Gemilang

Media milik pemerintah Korut menyebut Kim memperingatkan jajarannya bahwa pelonggaran prosedut anti-Covid bakal berdampak buruk.-Getty Images
Sumber :
  • bbc

Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, memuji `keberhasilan gemilang` negaranya dalam mengatasi pandemi Covid-19.

Saat berpidato pada pertemuan komite eksekutif partainya, Kamis (02/06), Kim menyebut negaranya mampu mencegah serangan virus ganas dan mempertahankan situasi yang stabil.

Korut menutup perbatasan dan mengisolasi ribuan orang selama enam bulan ketika virus corona menyebar ke berbagai negara. Negara itu mengklaim bebas kasus Covid-19, walau sejumlah pakar menilai pernyataan itu tidak sahih.

Kim Jong-un berkata, ia telah menganalisa program gawat darurat anti-pandemi yang berlangsung selama enam bulan.

Menurut Kim, pencapaian itu didapatkan oleh kepimpinan Partai Buruh Korea Utara `yang memiliki visi jauh ke masa depan`.

Namun Kim menekankan pentingnya meneruskan `peringatan dini maksimal tanpa mengendurkan proyek anti-pandemi`. Ia berkata, virus corona masih tersebar di negara-negara sekitar Korut.

"Kim berulang kali memperingatkan bahwa, pelonggaran tergesa-gesa prosedur anti-pandemi akan mengakibatkan krisis yang tak terbayangkan dan tidak dapat ditanggulangi," tulis KCNA dalam laporan mereka.

Reuters
Warga Kota Pyongyang memakai masker, pada Maret lalu.

 


Analisis Laura Bicker

Koresponden BBC di Seoul, Korea Selatan

Apakah virus corona sudah menyebar ke Korea Utara? Tidak ada yang tahu. Negara ini telah ditutup sejak 30 Januari. Sangat sedikit orang yang berhasil masuk atau keluar Korut.

Federasi Internasional Palang Merah punya sejumlah sukarelawan di daerah perbatasan yang tengah melakukan sejumlah langkah pencegahan virus. Mereka menyebut ada beberapa laporan kasus Covid-19 yang belum dikonfirmasi di Korut.

Namun sebagian besar cerita dari ibu kota Korut, Pyongyang, dalam beberapa minggu terakhir, tampaknya menunjukkan kehidupan yang berjalan seperti biasa.

Apa pun realitas situasinya, otoritas Korut ingin terlihat percaya diri bahwa mereka mampu mengatasi Covid-19.

Di dalam negeri, pernyataan Kim adalah pesan kuat bahwa kebijakan yang diambil untuk menanggulangi penyebaran virus itu berjalan.

Seluruh negara mungkin sedang berada dalam cengkeraman pandemi Covid-19. Sementara Kim ingin rakyatnya tahu, `dia telah menyelamatkan mereka dari penyakit itu`.

Namun ada harga yang harus dibayar untuk program Kim itu. Semua lalu lintas perbatasan telah ditutup. Artinya, pasokan penting ke negara miskin itu tidak mungkin dilakukan.

Sejumlah pejabat diplomatik yang enggan namanya disebut memberi tahu saya bahwa ada tumpukan alat pelindung diri dan persediaan medis, termasuk vaksin yang diproduksi di perbatasan, tidak bisa masuk ke Korut.

Terdapat banyak laporan barang-barang internasional di berbagai swalayan di Pyongyang dibeli dalam jumlah banyak. Rak-rak di toko kini kosong karena pembatasan impor produk.

Perlu juga dicatat bahwa hanya 12 pembelot yang berhasil menyeberang ke Korea Selatan selama April dan Juni tahun 2020. Ini adalah jumlah terendah dalam catatan.

Penduduk Korut mungkin memang tidak terjangkit Covid-19, tapi akses mereka ke dunia luar kini semakin tertutup.

Reuters
Suasana di depan Stasiun Pyongyang, Korea Utara, April lalu.

 


 

Wajib masker

 

Akhir Januari lalu, Korut bergerak cepat menanggulangi virus corona. Mereka menutup perbatasan, lalu mengisolasi ratusan orang asing di Pyongyang.

Otoritas Korut juga mengkarantina puluhan ribu warganya dan menutup sekolah.

Korut sudah mengizinkan sekolah beraktivitas kembali, tapi tetap melarang pertemuan publik dan mewajibkan orang mengenakan masker di tempat umum.

Kebijakan itu dilaporkan kantor berita Reuters, 1 Juli lalu. Mereka mengutip pernyataan seorang pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Menurut catatan resmi WHO, Korut baru melakukan tes Covid-19 terhadap 922 orang. Hasil semua tes itu dilaporkan negatif.

Korut, yang memiliki garis perbatasan panjang dengan China, sejak awal menyatakan tak menemukan satu pun kasus positif Covid-19 di antara warga mereka.

Namun, Oliver Hotham, redaktur pelaksana situs berita spesialis Korut, NK News, mengatakan kepada BBC bahwa klaim itu mungkin tidak benar.

"Sangat tidak mungkin tidak ada kasus karena mereka berbatasan dengan China dan Korea Selatan. (Terutama dengan China), mengingat jumlah perdagangan lintas batas yang terjadi."

"Saya benar-benar tidak melihat otoritas Korut dapat mencegah virus itu," kata Hotham.

"Tapi mereka benar-benar mengambil tindakan pencegahan sejak awal, jadi saya pikir mereka mungkin telah mencegah wabah yang sangat parah," ujarnya.