Bagi Uni Eropa, Indonesia Belum Masuk Daftar Negara Aman COVID-19
- abc
Uni Eropa telah mengumumkan 14 negara yang dikatagorikan aman untuk masuk dan berpergian ke negara-negara di Eropa di tengah pandemi virus corona.
Daftar negara aman menurut Uni Eropa:
- Uni Eropa mengatakan akan mengkaji daftar negara aman setiap dua minggu
- Amerika Serikat tidak termasuk dalam daftar yang dikeluarkan Uni Eropa
- Warga Australia tidak bisa melakukan perjalanan saat ini kecuali dengan izin khusus
Australia menjadi salah satu dari 14 negara yang dimasukkan Uni Eropa sebagai negara yang aman untuk datang ke negara-negara di Eropa.
Namun tidak berarti warga Australia bisa segera pergi begitu saja karena masih adanya larangan bepergian ke luar Australia tanpa izin setidaknya sampai 17 September mendatang.
Selain larangan berpergian ke luar negeri, mereka yang tiba di Australia masih harus menjalani karantina wajib 14 hari. Kedatangan ke Australia pun hanya berlaku untuk warga negara Australia dan permanent resident.
Jadi mengapa Uni Eropa mengeluarkan daftar negara yang aman padahal perjalanan internasional masih belum normal?
Sekarang ini adalah musim panas di Eropa dan negara-negara yang bergabung dalam Uni Eropa tampaknya berusaha menarik sebanyak mungkin turis untuk datang, karena sebagian besar dari mereka menggantungkan diri pada turisme.
Ada 14 negara di mana warganya boleh ke Uni Eropa untuk tujuan bisnis atau liburan. Mereka adalah Aljazair, Australia, Kanada, Georgia, Jepang, Montenegro, Maroko, Selandia Baru, Rwanda, Serbia, Korea Selatan, Thailand, Tunisia, Uruguay.
Perubahan ini mulai berlaku Rabu, 1 Juli 2020.
Apakah warga Australia boleh berlibur ke Eropa sekarang?
Sebenarnya tidak.
Warga Australia pada umumnya tidak diijinkan bepergian ke luar negeri kecuali dengan izin.
Mereka yang boleh bepergian:
- Bila perjalanan mereka bagian dari usaha menangani COVID-19, termasuk memberikan bantuan
- Bepergian dalam urusan menangani bisnis yang penting (termasuk soal impor dan ekspor)
- Melakukan perjalanan untuk mendapat tindakan medis yang tidak tersedia di Australia
- Untuk urusan pribadi yang penting dan tidak bisa ditunda lagi
- Bepergian dengan alasan kemanusiaaan
- Alasan melakukan perjalanan untuk kepentingan nasional
Saat mereka kembali ke Australia, mereka masih harus menjalani karantina selama 14 hari.
Walau memiliki izin khusus, melakukan perjalanan internasional saat ini bukanlah hal yang gampang, karena terbatasnya penerbangan dan juga kawasan yang bisa didatangi
Di hari terakhir jabatannya sebagai Kepala Bidang Medis Australia, Professor Brendan Murphy mengatakan pembatasan perjalanan tampaknya tidak akan dicabut sepenuhnya sampai vaksin ditemukan.
"Sampai itu terjadi, kita akan melihat adanya pembatasan dan bila kita tidak melihat adanya vaksin dalam waktu dekat, maka tentu kita harus mengkaji ulang," katanya minggu lalu.
Apakah semua Uni Eropa akan melakukannya?
Pengumuman tersebut hanyalah rekomendasi kepada seluruh anggota Uni Eropa yang berarti masing-masing negara anggota masih bisa menerapkan pembatasan bagi mereka yang berasal dari 14 negara tersebut.
Dalam hitungan jam setelah pengumuman Uni Eropa, Italia yang memiliki salah satu angka kematian COVID-19 tertinggi di dunia mengatakan tidak akan menerapkan aturan tersebut dan menerapkan karantina bagi negara yang tidak menjadi bagian dari zona bebas visa Schengen.
"Situasi global tetap sangat kompleks. Kami harus mencegah pengorbanan yang sudah dilakukan warga Italia dalam beberapa bulan terakhir tidak berakhir sia-sia," kata Menteri Kesehatan Italia Roberto Speranza.
Mengapa beberapa negara tidak masuk dalam daftar?
Negara yang masih berjuang mengatasi COVID-19 seperti Rusia, Brasil, Turki dan Amerika Serikat tidak masuk dalam daftar.
Alasannya karena keadaan di negara-negara tersebut masih jauh lebih buruk dibandingkan keadaan di Eropa.
Amerika Serikat mencatat kenaikan kasus dalam seminggu terakhir dan otoritas di negara tersebut memperingatkan bahwa ada kemungkinan penambahan 100 ribu kasus dalam satu masa 24 jam.
Brasil dan Rusia menjadi negara kedua dan ketiga yang paling banyak memiliki kasus sekarang ini.
Turki yang berada di pintu terdepan Uni Eropa merupakan salah satu negara di Timur Tengah yang paling banyak memiliki kasus corona.
China sudah secara prinsip disetujui untuk masuk dalam daftar, namun perjalanan hanya akan bisa dilakukan bila otoritas di China juga setuju menerima kedatangan pengunjung dari Uni Eropa.
Simak berita selengkapnya dalam bahasa Inggris di sini