Industri K-Pop Harus Bertanggung Jawab Atas Kematian Para Artisnya
- abc
Bintang K-Pop dan personil grup TST, Kim Jeong-hwan, yang lebih dikenal dengan nama panggung Yohan, meninggal dunia pada usia 28 tahun. Belum diketahui penyebab kematiannya.
Yohan Yohan masuk ke blantika K-pop bersama dengan grup NOM (No Other Man) pada 2013Top Hits TST termasuk Paradise, Mind Control, dan Wake UpK-Pop telah diwarnai oleh kematian sejumlah bintangnya dalam beberapa tahun terakhir
Seperti dilaporkan beberapa media, berita kematian Yohan telah dikonfirmasi oleh label band-nya, KJ Music Entertainment, yang mengatakan keluarganya sedang merasakan "duka yang mendalam" dan meminta publik menghormati privasi mereka.
"Dengan rasa duka, kami menyampaikan berita yang tidak diinginkan oleh kita semua sekaligus berita yang menyedihkan. Pada 16 Juni lalu, anggota TST Yohan telah meninggalkan dunia ini," demikian kutipan pernyataan dari label rekaman TST.
"Keluarga memohon agar media [menahan diri] … berspekulasi tentang penyebab kematiannya … sebagai wujud rasa hormat."
"Kami menyatakan belasungkawa yang sedalam-dalamnya atas berpulangnya Yohan."
Yohan masuk ke blantika K-Pop pada 2013 bersama grup NOM (No Other Man) sebelum akhirnya melejit dengan grup TST pada 2017, yang sebelumnya dikenal dengan nama Top Secret.
Hit terbesar TST termasuk "Paradise", "Mind Control", dan "Wake Up". Single terbaru grup ini, "Countdown", baru dirilis pada Januari tahun ini.
K-Pop penuh dengan tuntutan
Industri Musik Korea Selatan telah diguncang oleh sejumlah kasus kematian bintangnya dalam beberapa tahun terakhir.
Pada tahun 2019, tercatat lima orang bintang K-Pop yang meninggal dunia.
Beberapa pihak kemudian menyoroti masalah kesehatan mental yang dihadapi para idola di Korea Selatan ini.
November lalu, Goo Hara yang berusia 28 tahun, ditemukan tewas di rumahnya di Seoul, hanya beberapa minggu setelah bintang lainnya, Sulli, 25 tahun, juga ditemukan tewas.
Ada juga kasus bunuh diri yang mengejutkan dari Jongyun, anggota grup SHINee, pada 2017, dan Ahn So Jin dari Baby Kara pada 2015.
Kasus bunuh diri di kalangan bintang K-Pop telah memicu debat di Korea Selatan tentang sifat industri ini, yang dikendalikan oleh perusahaan hiburan yang menarik remaja dari ketidakpastian, tentunya dengan iming-iming kesuksesan yang besar.
Isi kontrak yang mengikat para artis K-pop bisa penuh dengan tuntutan, sangat membatasi, dan tidak terlalu menghasilkan banyak uang setelah bertahun-tahun menjalani pelatihan intensif.
Pelatihan yang harus dijalani para artis K-Pop ini mencakup latihan vokal, tari, dan bahasa asing.
"Menjadi komoditas"
Kim Dae-o, jurnalis Korea Selatan dengan spesialisasi dunia hiburan awal tahun ini menyoroti bagaimana industri hiburan Korea Selatan harus bertanggung jawab atas kematian para bintangnya di tahun 2019.
"Industri ini telah memperlakukan selebriti sebagai komoditas. Dari mereka inilah beberapa agensi besar memeras penghasilan sebanyak mungkin dalam waktu sesingkat mungkin," kata Kim seperti yang dilansir "The Guardian".
Menurut Kim, banyak selebriti belia yang hanya diajarkan bagaimana cara bernyanyi dan menari, bukan keterampilan bertahan hidup yang lain yang penting dan berharga.
Ia juga menambahkan, selebriti perempuan mengalami situasi yang lebih buruk karena publik lebih tertarik pada setiap detail kehidupan mereka.
Belum lagi, banyak artis perempuan yang juga mengalami pelecehan seksual.