Ikan Salmon Dihindari di China Diduga Berkaitan dengan COVID-19 Baru

Ikan salmon
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Sejumlah pasar modern dan pasar tradisional di Beijing, China telah menghentikan penjualan ikan salmon sejak Sabtu 13 Juni 2020. Tindakan itu dilakukan setelah dideteksinya 100 kasus positif virus Corona di pasar ikan Xinfadi yang diduga berkaitan dengan talenan atau papan potong yang digunakan para penjual salmon impor.

Meskipun masih belum jelas apakah virus tersebut dapat benar-benar ditularkan melalui makanan beku. Akan tetapi, kejadian ini memicu kekhawatiran terhadap konsumsi ikan salmon pada masa pandemi ini.

Baca Juga: Khawatir Gelombang Baru COVID-19, China Lockdown Beijing

Pemboikotan ikan salmon yang sigap mencerminkan kekhawatiran China semakin meningkat atas kebangkitan mendadak kasus positif COVID-19 di ibu kota negara tersebut. Lebih dari 20 kompleks perumahan dan beberapa sekolah telah ditutup untuk melacak orang-orang yang sudah mengunjungi atau melakukan kontak dengan pasar ikan Xinfadi.

Sementara itu, China sendiri kerap mengimpir sekitar 80.000 ton salmon dingin dan beku setiap tahunnya. Negara-negara seperti Chile, Norwegia, Kepulauan Faroe, Australia, dan Kanada adalah sumber utama impor salmon ke China.

Menteri Perikanan Norwegia, Odd Emil Ingebrigtsen mengatakan, bahwa China telah menghubungi pihaknya untuk mencari informasi tentang risiko infeksi yang terkait dengan produksi salmon segar dari negaranya, yang bertujuan untuk menentukan langkah antisipasi untuk membatasi dampak pada industri.

""Kami belum mengetahui apakah manusia menularkan virus ke salmon, atau salmon yang tertular virus lebih dulu," kata pakar senior Komisi Kesehatan Nasional China, Zeng Guang, seperti dikutip Bloomberg, Senin 15 Juni 2020. Namun Zeng memperingatkan kepada warga Beijing untuk tidak makan salmon mentah atau membeli makanan laut impor pada saat ini.

Sedangkan Ketua Tim Epidemilogis dari Beijing Centre for Disease Prevention, Wu Zunyou mengatakan, virus dapat bertahan di permukaan makanan beku hingga tiga bulan. Organisasi itu kini juga sangat mencurigai barang-barang itu mungkin menjadi sumber baru penularan.

Baca juga: AS Nomor 1 Corona Rusia Nomor 3, Putin Merasa Lebih Baik dari Trump