Belum Ada Keputusan dari Saudi Soal Kepastian Ibadah Haji 2020

Ilustrasi: Ribuan Jamaah Haji Lakukan Thawaf
Sumber :
  • Bahauddin Raja Baso/MCH2019

VIVA – Menteri Urusan Islam Maroko, Ahmad Taoufik mengatakan, pihaknya belum bisa memutuskan keberangkatan ibadah Haji tahun 2020 karena masih menunggu hasil komunikasi resmi dengan pemerintah Arab Saudi.

"Saat ini tidak ada berita tentang haji. Kami hanya bisa mengambil keputusan bersama Saudi," kata Taoufik saat sidang di parlemen, seperti dikutip MWN, Selasa 16 Juni 2020.

Pernyataan Taoufik masih sama dengan apa yang pernah ia buat pada 28 Mei 2020. Ia menjelaskan bahwa Maroko akan menunggu keputusan resmi Arab Saudi terkait ibadah Haji tahun ini.

Sebelumnya, pada Maret 2020, Arab Saudi telah mengirim utusannya ke negara-negara Muslim untuk meminta mereka menunda finalisasi kontrak yang berkaitan akomodasi, katering, layanan transportasi, hotel atau agen perjalanan yang ada di Arab Saudi.

Baca Juga: Khawatir Gelombang Baru COVID-19, China Lockdown Beijing

Namun, setelah itu, otoritas Arab Saudi belum juga membuat pengumuman tentang haji dan tidak memberikan tanda-tanda apakah musim Haji tahun ini bisa berjalan seperti biasa meskipun pandemi COVID-19.

Di Maroko, 34.000 warga telah dipilih untuk ambil bagian dalam ibadah Haji 2020. Calon jemaah haji sudah melunasi pembayaran kepada Kementerian Urusan Islam dan agen perjalanan. Namun, ketidakpastian masih  mengelilingi rencana Haji mereka sampai otoritas Maroko membuat keputusan.

Laporan Financial Times menyebut, pemerintah Arab Saudi sedang mempertimbangkan untuk membatalkan Haji tahun ini. Hal itu lantaran kasus positif COVID-19 di negara tersebut terus meningkat hingga saat ini.

"Kasus ini sangat dipelajari dengan cermat dan sedang mempertimbangkan berbagai skenario. Keputusan resmi akan diambil dalam waktu seminggu," kata seorang pejabat di Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi, Jumat 12 Juni 2020. 

Ibadah Haji 2020, dijadwalkan pada akhir Juli mendatang, dan akan menjadi sebuah dilema besar jika tetap berjalan seiring dengan pandemi COVID-19 yang masih mengancam Arab Saudi.

Arab Saudi adalah salah satu negara Teluk yang paling terpukul imbas virus Corona. Tercatat, kasus positif COVID-19 di Arab Saudi telah mencapai angka 132.000 dan menewaskan lebih dari 1.000 orang.

Musim Haji 2019 telah menarik hampir 2,5 juta jemaah. Kondisi itu tentunya bisa berisiko terhadap kesehatan dan dapat menyebabkan penyebaran virus Corona semakin parah jika pemerintah Arab Saudi tidak mengambil langkah-langkah pencegahan yang memadai.

Pada akhir Februari, Arab Saudi melarang ibadah umrah, untuk mengekang penyebaran COVID-19. Larangan itu akan tetap aktif sampai setidaknya sampai akhir Juni, karena kota suci Mekah dan Madinah masih menerapkan pembatasan.

Setiap tahunnya, haji dipastikan dapat menghasilkan pemasukan sekitar 8 milliar dolar AS (Rp113 triliun). Apabila ditiadakannya haji tahun ini, ekonomi Arab Saudi bakal semakin terpuruk setelah penurunan harga minyak yang belum pernah terjadi sebelumnya karena COVID-19.

Kemungkinan solusi untuk dilema haji, selain membatalkannya sama sekali, cara lain adalah mengurangi jumlah jemaah haji atau melarang orang yang berisiko tinggi terhadap kasus COVID-19, di samping pemantauan protokol kesehatan, disinfeksi hingga karantina.

Sementara itu, mayoritas negara Muslim masih menunggu keputusan Arab Saudi sebelum menentukan kebijakan mereka sendiri. Akan tetapi, beberapa negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia dan Malaysia, telah memutuskan untuk tidak memberangkatkan jemaah haji pada tahun ini.