Muncul Seruan Perubahan Kultur Peradilan Pascakematian George Floyd
- bbc
Pengacara George Floyd mengatakan kepada ratusan orang yang menghadiri kebaktian kematian pria yang meninggal di tangan polisi pekan lalu itu, bahwa "pandemi rasisme" menjadi penyebab kematiannya.
Benjamin Crump mengatakan kematian Floyd, yang meninggal setelah seorang polisi menindih lehernya dengan lutut selama hampir sembilan menit, adalah "kejahatan".
Ratusan orang menghadiri kebaktian yang digelar di Minneapolis, Amerika Serikat, termasuk pegiat hak-hak sipil Al Sharpton.
Ini saatnya untuk bangkit dan mengatakan, "jauhkan leher Anda dari leher kami", ujarnya.
- Dakwaan baru bagi empat polisi yang terlibat dalam pembunuhan George Floyd
- Tiga `perlakuan tidak adil` yang dialami warga kulit hitam di Amerika Serikat
- Trump ancam akan kerahkan militer AS untuk memadamkan kerusuhan
Pembunuhan Floyd yang terekam dalam sebuah video menyebabkan kemarahan dan memicu gelombak demonstrasi di berbagai kota di seluruh Amerika Serikat.
Sementara itu, tak jauh dari tempat kebaktian, tiga polisi yang didakwa membantu dan bersekongkol dengan pembunuhan Floyd muncul pertama kali di pengadilan.
Jaminan terhadap mereka ditetapkan sebesar US$1 juta, tetapi akan diturunkan menjadi $750 ribu jika mereka menyerahkan senjata apa pun yang mereka miliki dan memenuhi persyaratan lain, kata hakim.
Sementara, Derek Chauvin, anggota polisi yang terus berlutut di leher Floyd meski dia mengeluh dia tidak bisa bernapas, telah didakwa dengan pembunuhan tingkat dua dan dijadwalkan menjalani sidang di pengadilan pada hari Senin (08/06).
Sebagian besar demonstrasi selama delapan hari terakhir berlangsung damai, tetapi beberapa di antaranya berubah ricuh, dengan jam malam diberlakukan di sejumlah kota.
Apa yang terjadi pada kebaktian itu?
Berbicara dalam kebaktian tersebut, Crump mengatakan itu "pandemi virus corona yang membunuh George Floyd".
"Itu adalah pandemi lainnya," katanya.
"Pandemi rasisme dan diskriminasi."
Anggota keluarga Floyd, Pendeta Jesse Jackson, Gubernur Minnesota Tim Walz, Senator Minnesota Amy Klobuchar dan Walikota Minneapolis Jacob Frey, termasuk di antara beberapa ratus orang yang menghadiri acara yang digelar di pusat kota Minneapolis.
Philonise Floyd, salah satu saudara laki-laki Floyd, menggambarkan keluarga mereka termasuk keluarga miskin ketika dirinya masih kecil, sehingga mereka terpaksa mencuci pakaian di wastafel dan mengeringkannya di oven.
"Ini sangat gila, semua orang datang untuk menemui saudara laki-laki saya, sungguh menakjubkan dia menyentuh begitu banyak hati," katanya.
Sementara, pegiat hak-hak sipil Amerika, Al Sharpton menuntut akuntabilitas.
"Kita tidak akan berhenti," katanya, merujuk pada demonstrasi yang terlah terjadi di setiap negara bagian AS.
"Kita akan terus lanjut sampai kita mengubah seluruh sistem peradilan."
Dalam pidato emosionalnya, dia mengatakan kisah Floyd menggemakan kisah orang-orang kulit hitam di Amerika.
"Apa yang terjadi pada Floyd terjadi setiap hari di negara ini, dalam pendidikan, dalam pelayanan kesehatan, dan di setiap bidang kehidupan Amerika.
"Sudah waktunya bagi kita untuk berdiri atas nama George dan berkata: lepaskan lutut Anda dari leher kami," katanya.
Acara kebaktian semacam ini juga akan diadakan di tempat kelahiran Floyd di North Carlona pada Sabtu (06/06) dan di kota asalnya di Houston, Senin (08/06)
Apa reaksi-reaksi terhadap demonstrasi yang terus bergulir?
Dalam komentar video pertamanya sejak kematian Floyd, mantan Presiden Barack Obama mengatakan demonstrasi itu sama mendalamnya dengan apa pun yang pernah dilihatnya dalam hidupnya, dan meminta orang Amerika untuk mengambil kesempatan untuk menangani masalah mendasar di masyarakat.
"Terlalu sering beberapa dari kekerasan itu berasal dari orang-orang yang seharusnya melayani dan melindungi Anda," kata Obama.
"Saya ingin Anda tahu bahwa Anda penting. Saya ingin kamu tahu bahwa hidup Anda penting, impian Anda penting."
Sementara itu, Meghan Markle juga merilis pernyataan pribadinya tentang kematian Floyd, mengatakan bahwa nyawa pria itu penting dan peristiwa baru-baru ini menyedihkan.
Apa yang terjadi pada Floyd?
George Floyd, 46 tahun, dihentikan oleh polisi yang menyelidiki pembelian rokok dengan uang palsu pada 25 Mei di Minneapolis.
Sebuah video menunjukkan Floyd ditangkap dan seorang polisi kulit putih terus berlutut di lehernya selama beberapa menit, bahkan setelah dia mengeluh dia tidak bisa bernapas.
Demonstrasi meletus dan terus berlanjut sejak itu, di banyak kota AS dan juga internasional, dengan aksi unjuk rasa pada hari Rabu di Australia, Prancis, Belanda dan di Inggris, di mana ribuan orang berkumpul di pusat kota London.
Kematian Floyd mengikuti kasus-kasus kematian orang Amerika keturunan Afrika lain yang meninggal di tangan polisi, seperti Michael Brown di Ferguson, Missouri dan Eric Garner di New York, yang telah mendorong gerakan Black Lives Matter, atau nyawa orang kulit hitam penting, dalam beberapa tahun terakhir.
Bagi banyak orang, kemarahan atas kematian Floyd juga mencerminkan frustrasi selama bertahun-tahun atas ketidaksetaraan sosial dan diskriminasi.
Demonstrasi atas kematian Floyd berlanjut di puluhan kota pada Rabu malam meskipun jam malam diberlakukan.
Aksi demonstrasi itu sebagian besar berjalan damai, dengan kota-kota seperti Los Angeles dan Chicago melonggarkan pembatasan mereka di tengah harapan bahwa kerusuhan telah berlalu.
Pemeriksaan autopsi terhadap jenazahnya mengungkapkan bahwa Floyd terpapar virus corona pada awal Arpil.
Namun para pejabat menekankan kondisi itu tidak berperan dalam kematiannya.