Pria Palestina dengan Autisme Ditewaskan Polisi Israel Picu Kemarahan
- bbc
Ratusan orang menghadiri pemakaman seorang pria Palestina penyandang autisme yang ditembak mati oleh polisi Israel.
Iyad Halaq, 32 tahun, tewas pada hari Sabtu di Yerusalem Timur yang diduduki Israel, ketika dia berjalan menuju sekolah untuk orang-orang berkebutuhan khusus.
Kepolisian Israel mengatakan aparatnya mencurigai Halaq membawa senjata dan mereka melepaskan tembakan ketika dia menolak mematuhi perintah agar berhenti. Belakangan dia diketahui tidak bersenjata.
Menteri Pertahanan Israel, Benny Gantz menyatakan penyesalannya atas penembakan itu.
"Kami meminta maaf atas insiden Iyad Halaq ditembak, dan kami tentu saja kami berbagi kesedihan dengan keluarganya. Saya yakin masalah ini akan segera diselidiki dan akan ada hasil," katanya dalam sidangn kabinet pada hari Minggu.
Gantz menambahkan bahwa pasukan keamanan Israel akan "melakukan segala upaya untuk menggunakan kekuatan yang diperlukan dengan tujuan mengurangi korban sebanyak mungkin".
Ketegangan meningkat dalam beberapa pekan terakhir setelah Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan dia akan terus maju dengan rencana mencaplok beberapa bagian wilayah Tepi Barat yang diduduki.
Otoritas Palestina menanggapi klaim itu dengan mengatakan bahwa mereka tidak lagi terikat berbagai perjanjian dengan Israel dan Amerika Serikat, termasuk yang terkait dengan masalah keamanan. Sejauh ini AS mendukung Israel dalam mempertahankan bagian wilayah Tepi Barat.
- Israel-Palestina: Mahmud Abbas batalkan `seluruh perjanjian dengan Israel dan Amerika Serikat` terkait rencana pencaplokan sebagian wilayah Tepi Barat
- Virus corona dan dilema warga Palestina: Menerobos lewat lubang pagar pembatas untuk bekerja di Israel atau isolasi untuk mencegah Covid-19
- Permukiman Israel di Tepi Barat - mengapa Palestina menganggapnya pencurian?
Setiap hari Iyad Halaq berjalan kaki dari rumahnya di daerah Wadi al-Joz di Yerusalem ke Kota Tua untuk menuju ke Elwyn El Quds centre, yang menyediakan layanan bagi anak-anak dan orang dewasa berkebutuhan khusus.
Sepupu Halaq, Dr Hatem Awiwi, mengatakan pria itu menyandang autisme dengan tingkatan rendah dan dia kesulitan berkomunikasi dengan orang lain
"Dia tidak tahu apa itu aparat polisi," kata Dr Awiwi kepada surat kabar Israel Haaretz. "Dia melihat orang asing dan melarikan diri, lalu mereka menembaknya."
Pernyataan Kepolisian Israel mengatakan bahwa salah-satu unitnya yang berpatroli di Kota Tua "melihat seorang tersangka dengan benda mencurigakan yang terlihat seperti pistol".
"Mereka memanggilnya agar berhenti dan mulai mengejarnya dengan berjalan kaki. Selama pengejaran, petugas melepaskan tembakan ke arah tersangka," tambahnya.
"Tidak ditemukan senjata di tempat kejadian setelah kami melakukan pencarian di kawasan itu."
https://twitter.com/ErakatSaeb/status/1266673009630339073
Autopsi yang dilakukan pada hari Minggu menemukan bahwa Halaq ditembak dua kali di bagian dada.
"Temuan ini meningkatkan kecurigaan bahwa polisi melakukan kejahatan, dan kami berharap mereka yang melakukan penyelidikan agar membawa aparat polisi ke meja hijau," kata pengacara keluarga Halaq, Jad Qadmani.
Sekjen Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Saab Erekat, mengatakan insiden ini merupakan "kejahatan ini akan berujung kepada pengampunan kecuali dunia berhenti memperlakukan Israel sebagai negara di atas hukum".
Dia menganggap insiden ini mirip dengan pembunuhan George Floyd di AS, yang telah memicu protes berskala luas.
Warga Palestina dan Israel menggelar unjuk rasa memprotes pembunuhan Halaq di Yerusalem, Tel Aviv dan Jaffa pada hari Sabtu dan Minggu.
Diantara pengunjukrasa terlihat membawa poster bertuliskan "Keadilan untuk Iyad" dan "Palestinian lives matter".