Jepang Terperosok Jurang Resesi Ekonomi Terburuk Dalam 5 Tahun
- Freepik/tzido
VIVA – Jepang mengalami resesi ekonomi untuk pertama kalinya sejak tahun 2015, seiring dengan kerugian akibat pandemi coronavirus yang terus meningkat. Negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia itu menyusut pada laju tahunan 3,4 persen, dalam tiga bulan pertama tahun 2020.
Virus corona menimbulkan kekacauan pada ekonomi global dengan perkiraan kerugian hingga US$ 8.8 triliun. Jepang tidak melakukan penguncian atau lockdown nasional secara penuh, namun menetapkan keadaan darurat pada April yang mempengaruhi rantai pasokan dan bisnis yang bergantung pada perdagangan.
Penurunan sebesar 3.4 persen dalam pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) untuk tiga bulan pertama 2020, menyusul penurunan sebesar 6.4 persen selama kuartal terakhir 2019 sehingga mendorong Jepang ke dalam resesi teknis.
Konsumen di Jepang telah terkena dampak ganda dari coronavirus dan kenaikan pajak penjualan menjadi 10 persen, dari 8 persen pada Oktober 2019. Meski Jepang telah mencabut status keadaan darurat di 39 dari 47 prefektur, prospek ekonomi untuk kuartal ini sama suramnya.
Analis memperkirakan ekonomi negara itu menyusut 22 persen selama periode April-Juni, yang akan menjadi penurunan terbesar dalam catatan.
Pemerintah Jepang telah mengumumkan paket stimulus US$1 triliun, dan Bank of Japan memperluas langkah-langkah stimulusnya untuk bulan kedua berturut-turut di bulan April. Perdana Menteri Shinzo Abe juga telah menjanjikan anggaran kedua akhir bulan ini untuk mendanai langkah-langkah belanja baru, untuk meredam pukulan ekonomi dari dampak pandemi tersebut.
Penulis: Dion Yudhantama