Raja Malaysia Waspadai Peningkatan Aktivitas di Laut China Selatan
- Handout CNN/South China Morning Post
VIVA – Raja Malaysia, Al-Sultan Abdullah Ri'ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah, mengatakan, negaranya perlu mewaspadai peningkatan aktivitas dari kekuatan besar di Laut China Selatan.
Dalam pidatonya di Dewan Rakyat, Senin 18 Mei 2020, raja menegaskan, bahwa strategi pertahanan Malaysia wajib mempertimbangkan pentingnya diplomasi, kebijakan luar negeri yang pragmatis, perjanjian internasional, dan posisi geopolitik internasionalnya di kawasan Asia Pasifik.
"Peningkatan aktivitas oleh kekuatan besar di Laut China selatan baru-baru ini perlu jadi perhatian. Oleh karena itu, Malaysia harus selalu peka terhadap domain maritim, sambil menyusun strategi yang mendukung aspirasi geopolitik," ujarnya, seperti dikutip Channel News Asia, Senin 18 Mei 2020.
Sebagian besar wilayah di Laut China Selatan telah diklaim oleh China, tapi ada klaim yang tumpang tindih oleh Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam. Amerika Serikat dan sekutunya pun menentang klaim China terhadap teritorial tersebut.
Baca Juga: Pemerintah dan DPR Didesak Berhenti Bela Napi Koruptor
AS juga telah menyerukan China untuk menghentikan taktik intimidasi di Laut China Selatan. Terlebih, kehadiran China di perairan yang disengketakan itu memicu adanya kekisruhan.
Sebelumnya, pada bulan April, Menteri Luar Negeri Malaysia, Hishammuddin Hussein, menyerukan ketenangan di Laut China Selatan dan menegaskan untuk kembali ke komitmen awal yaitu perdamaian di perairan yang masih sengketa itu.
Komentar itu diucapkan oleh Menlu Malaysia setelah ada laporan bahwa kapal survei milik Pemerintah China menandai setiap kapal eksplorasi yang dioperasikan oleh Petronas di Laut China Selatan.
"Karena kompleksitas dan sensitivitas masalah ini, semua pihak harus bekerja sama untuk menjaga perdamaian, keamanan, dan stabilitas di Laut China Selatan. Selain itu, meningkatkan upaya untuk membangun, mempertahankan, dan meningkatkan rasa saling percaya dan kepercayaan diri," kata Hishammuddin.
"Hanya karena kami belum membuat pernyataan publik mengenai hal ini, bukan berarti kami belum mengerjakan semua yang disebutkan di atas. Kami memiliki komunikasi yang terbuka dan berkelanjutan dengan semua pihak yang relevan, seperti Republik Rakyat China dan Amerika Serikat," ucapnya.