Iran Genting, Diprediksi 3,5 Juta Penduduk Bisa Tewas Akibat COVID-19

Iran.
Sumber :
  • DWnews

VIVA – Peneliti di Universitas Teknologi Sharif, Teheran baru saja mengeluarkan hasil penelitian dan uji skenario tentang kondisi Iran selama menghadapi Virus Corona atau COVID-19.

Hasil penelitian itu sangat mengejutkan, diberitakan DWnews, Rabu 18 Maret 2020, para peneliti memperkirakan, angka kematian akibat corona di Iran diperkirakan akan melesat tinggi dibandingkan negara lain di dunia.

Disebutkan dari hasil simulasi diprediksi lebih dari 3,5 juta warga Iran berpeluang meninggal dunia akibat corona. Dan disebutkan puncak epidemi di Iran bakal terjadi lebih lama dari perkiraan sebelumnya. Pemerintah Iran sebelumnya memperkirakan puncak corona bakal terjadi pada bulan Mei.

Prediksi itu didapatkan dari meneliti fakta-fakta corona di Iran. Seperti, Pemerintah Iran hingga saat ini tidak menerapkan sistem isolasi seperti yang terjadi di China. Penderita corona masih bebas beraktivitas.

Faktor penting lainnya ialah, Iran terkendala pasokan medis, hal ini terjadi karena sanksi yang diberlakukan Amerika Serikat. Faktor lainnya, terjadi kesalahan manajemen medis dalam mengatasi corona di Iran.

Data terbaru yang diterbitkan Coronavirus COVID-19 Global Cases by the Center for Systems Science and Engineering (CSSE) at Johns Hopkins University, sudah lebih dari 16 ribu warga Iran terinfeksi corona dan 988 orang meninggal dunia. Sementara jumlah korban yang berhasil dipulihkan hanya sebanyak 5.389 orang.

Namun data Badan Kesehatan Dunia atau WHO mencurigai angka resmi yang dirilis Pemerintah Iran itu. Bahkan WHO memprediksi jumlah penderita corona di Iran bisa mencapai 3 kali lipat dari angka resmi itu.

Kecurigaan WHO itu cukup berdasar, sebab baru-baru ini terdeteksi Pemerintah Iran sedang menyiapkan kuburan dalam jumlah yang sangat banyak di sekitr Kota Suci Qom.

Dalam peta satelit yang pernah beredar, terlihat ada pergerakan penggalian kuburan secara besar-besaran. Dan perluasan area pemakaman.

Sebenarnya Pemerintah Iran sempat mewacanakan pemberlakukan jam malam, terutama di Kota Teheran sebagai wilayah dengan jumlah korban corona terbanyak. Hanya saja kebijakan itu tak bisa dilaksanakan. Bahkan Wali Kota Teher, Pirouz Hanachi mengakui kesulitan memberlakukan isolasi atau karantina.

"Kami tidak memiliki kapasitas atau kemampuan untuk menempatkan Tehran di bawah karantina," kata Pirouz Hanachi.

Pirouz mengakui, karantina tak bisa dilakukan sebab Pemerintah Iran tak mampu mengurus penderita karena keterbatasan obat-obatan dan peralatan medis.

"Kami tidak bisa mengurus orang yang dikarantina. Itu sebagian karena sanksi," ujar Pirouz.

Pekan lalu Pemerintah Iran sempat mengajukan pinjaman sebesar 5 miliar dolar AS ke IMF. Namun meski pinjaman itu cair, Iran tak dapat memasok obat dan peralatan medis dari luar negeri.