Terungkap Sterilisasi Paksa di Afrika, Rahim Diangkat Dokter Diam-diam
- bbc
Seorang perempuan di Afrika Selatan mengatakan kepada BBC bahwa dia disterilisasi tanpa sepengetahuannya ketika dia melahirkan pada usia 17 tahun dan dia baru menyadarinya 11 tahun kamudian.
Bongekile Msibi adalah salah satu dari 48 perempuan yang menjalani sterilisasi paksa di rumah sakit menurut temuan Commission for Gender Equality.
Meskipun merupakan badan hukum, komisi itu mengatakan penyelidikannya terhambat oleh "hilangnya" file pasie, dan para penyelidiknya telah menerima respons tak simpati dari staf rumah sakit .
Komisi itu mengatakan, pihaknya mengunjungi 15 rumah sakit setelah kelompok hak sipil mengungkap kasus ini, yang beberapa di antaranya terjadi pada 2011.
Departemen kesehatan Afrika Selatan belum memberikan detail respons terkait laporan tersebut, namun Menteri Kesehatan Zweli Mkhize meminta pertemuan dengan komisi itu untuk membicarakannya.
Msibi menuturkan kisahnya kepada wartawan BBC Clare Spencer sebagai berikut:
Saya terbangun setelah melahirkan, menatap ke bawah dan bertanya-tanya: "Mengapa ada perban besar di perut saya?"
Saya tak keberatan. Saya baru saya melahirkan bayi perempuan saya. Dia bayi yang besar dan saya sebelumnya dibius karena menjalani operasi caesar.
Saya meninggalkan rumah sakit lima hari setelah melahirkan, bersama dengan bayi perempuan yang sehat dan bekas luka yang lebar di perut saya.
Saya tidak menyadari apa yang sebenarnya terjadi selama 11 tahun berikutnya.
Kebenaran terungkap ketika saya mencoba hamil lagi.
Saya selalu menggunakan kontrasepsi selama ini, sejak saya melahirkan dan bukan hal yang aneh ketika saya tidak pernah menstruasi.
Namun aku baru saja bertunangan dan ingin memiliki anak lagi, jadi saya mendatangi seorang dokter.
Dia memeriksa saja, saya duduk, dia memberi saya segelas air dan dia memberitahu bahwa saya tidak memiliki rahim.
` Itu hal yang sangat kejam `
Saya sangat terpukul dan bingung. Tidak masuk akal bagi saya karena saya menjadi seorang ibu.
Saya dapati kemudian bahwa rahim saya telah diangkat dan satu-satunya waktu hal itu mungkin terjadi adalah ketika saya melahirkan.
- BBC
Apa yang mereka lakukan terhadap saya sangat kejam.
Saya mendatangi media, kemudian kementerian kesehatan dan akhirnya ke rumah sakit tempat saya melahirkan dan bertemu dengan dokter yang berada di sana pada saat saya melahirkan.
Dia tidak menyesal. Dia mengatakan bahwa dia melakukan sterilisasi untuk menyelamatkan saya.
Saya tidak paham dia berusaha menyelamatkan saya dari apa. Tidak ada rekam medis tentang hal itu di rumah sakit.
Saya bukan satu-satunya. Penyelidikan menemukan ada 47 perempuan lainnya.
Beberapa orang diberitahu hal itu dilakukan karena mereka mengidap HIV, tetapi saya tidak.
Saya hanya tidak tahu mengapa mereka melakukannya.
Dokter memberi tahu saya bahwa saya telah menandatangani formulir persetujuan.
Saya bilang tidak. Saya masih di bawah umur pada saat itu sehingga tidak akan bisa.
Dia kemudian berkata bahwa ibu saya, yang bersama saya saat kelahiran, telah menandatangani formulir persetujuan. Dia bilang tidak.
Berita itu mengubah hidup saya.
Pada akhirnya saya berpisah dengan tunangan saya. Saya melepas dia pergi karena dia sangat menghendaki punya anak dan saya tidak bisa memberinya itu.
Saya sangat ingin memilik anak. Ketika saya melihat rekan saya hamil, saya tak bisa menahannya.
Anak perempuan saya ingin adik dan ketika kami berpapasan dengan anak kecil di jalan, dia menyarankan agar saya membawanya sebagai anak saya.
Saya masih memiliki ovarium dan saya pikir rumah sakit harus membayar untuk pengganti.
- BBC
Saya juga ingin seseorang yang bisa dimintai pertanggungjawaban.
Kami tidak dapat membiarkan dokter terus melakukan ini karena hak-hak kami sebagai perempuan dilanggar.
Dokter perlu tahu bahwa mereka dalam pengawasan, bahwa kita tahu apa yang mereka lakukan ketika kita tidak sadar.
Dan kemudian saya ingin dokter yang melakukan ini mengatakan dia menyesal.
Cara masalah ini ditangani, Anda akan berpikir mereka baru saja melepaskan satu jari padahal sebenarnya ini seluruh kewanitaan saya yang telah mereka curi.
Saya tidak akan pernah bisa melupakannya dan bekas luka akan selalu menjadi pengingat.