Putra Keluarga Kaya jadi Pembunuh Berantai Sadis Habisi 288 Nyawa

Polisi temukan tulang manusia di rumah Apichai
Sumber :
  • China Press

VIVA – Pembunuh berantai, meski menjadi topik yang menarik penasaran banyak orang, adalah individual yang sangat berbahaya di kehidupan nyata yang melakukan tindakan keji. Banyak nyawa melayang akibat jatuh dalam perangkap mereka dan penderitaan yang mereka tinggalkan pada keluarga korban tidak bisa terbayangkan.

Seperti itulah peristiwa yang baru-baru ini dilaporkan oleh China Press, di mana ditemukan pembunuh berantai baru yang terjadi di Tanah Penuh Senyuman. Yang lebih mengejutkan, metode pembunuhan yang dilakukan amat sangat kejam hingga sulit dipercaya.

Pembunuh berantai yang dibicarakan, yang hanya dikenal dengan nama Apichai, menarik perhatian pihak berwajib saat seorang pria yang dibayar pelaku membocorkan pada polisi dengan mengatakan bahwa ia melihat bagaimana Apichai membunuh kekasihnya. Terungkap bahwa ketika keduanya sedang mabuk akibat obat-obatan, Apichai memukul kepala kekasihnya dengan sebuah pipa.

Dikutip dari World of Buzz, Apichai lantas memaksa kekasihnya ke dalam kotak logam agar teriakannya tidak terdengar. Ia lalu memasang musik sangat kencang untuk meredam suara teriakan.

Korban wanita berusia 22 tahun itu kemudian diidentifikasi sebagai Warinthorn 'Kuk-Kik' Chaiyachet. Ia tewas kehabisan napas di dalam peti logam yang dipakai Apichai untuk memaksanya masuk.

Namun, setelah dilakukan lebih lanjut, polisi menemukan hal yang lebih mengejutkan. Di rumah Apichai ditemukan lagi lebih dari satu jenazah. Ada lebih dari 288 fragmen tulang yang ditemukan di dalam kain yang dikubur di bawah pagar logam yang ditutup dengan rantai dan diberi beban dumbbell seberat 5kg. Selain itu, ditemukan pula beberapa tulang manusia di dalam sebuah kolam di dekat rumah Apichai.

Nampaknya, ini bukan pertama kalinya keluarga Apichai terlibat pembunuhan. Ayahnya, Chalermchai Onkvisit, ditangkap karena membunuh dan memutilasi gadis 15 tahun, kemudian menaruh potongan tubuh gadis itu di dalam kotak yang ditemukan oleh masyarakat.

Sejak itu, Apichai pun dijuluki sebagai 'pembunuh peti logam' karena metode pembunuhannya. Beberapa kasus orang hilang pun kini dikaitkan dengannya, termasuk hilangnya gadis 12 tahun.