Ibu Kota Chile Dikepung Satu Juta Demonstran
- dw
Diperkirakan satu juta orang turun ke jalan di Santiago, ibu kota Chile, Jumat (25/10) waktu setempat. Pemerintah Chile diketahui tengah berusaha untuk meredam gelombang protes yang telah menelan korban jiwa selama satu minggu terakhir ini akibat tuntutan reformasi ekonomi.
Para demonstran berkumpul di jalan-jalan utama di kota Santiago dan bergerak bersama menuju pusat kota bergabung dengan demonstran lainnya dalam unjuk rasa yang mereka namakan "unjuk rasa terbesar di Chile" untuk menuntut pemerintahan Presiden Sebastian Pinera.
Beberapa hari sebelumnya, sejumlah supir angkutan umum di kota Santiago juga telah melakukan gerakan mogok kerja.
"Ini merupakan hari yang bersejarah bagi Chile, kota metropolitan ini menjadi tuan rumah aksi damai unjuk rasa bagi sekitar satu juta orang, yang mewakili sebuah mimpi baru bagi Chile," ujar Gubernur Santiago, Karla Rubilar dalam cuitan Twitter-nya.
Di kota pelabuhan Valparaiso, para anggota kongres dievakuasi setelah adanya bentrok antara para demonstran dengan aparat kepolisian. Sementara ribuan orang lainnya di seluruh penjuru Chile t terus bersatu mengajukan protes.
"Unjuk rasa besar-besaran yang menyenangkan dan damai hari ini, di mana masyarakat Chile menuntut Chile yang lebih adil dan suportif, membuka jalan untuk masa depan harapan besar," cuit Presiden Pinera di Twitter, Jumat (25/10) malam.
"Kami telah mendengar semua aspirasi. Kami semua telah berubah. Dengan persatuan dan atas rahmat Tuhan, kita akan menuju Chile yang lebih baik bagi semua orang." tulis Pinera.
Tercatat 19 orang tewas dalam aksi unjuk rasa selama satu minggu terakhir ini di penjuru negeri, sehingga pemerintah menetapkan status darurat dan menerapkan jam malam setelah para demonstran membakar stasiun metro dan merusak sejumlah fasilitas publik. Ratusan orang terluka dan sebanyak 7.000 orang ditangkap dalam unjuk rasa yang mengharuskan pasukan militer turun tangan.
Unjuk rasa ini dipicu oleh kenaikan tarif transportasi umum di ibu kota namun kian meluas dikarenakan kekecewaan masyarakat Chile terhadap ketidaksetaraan kondisi sosial-ekonomi di negara Amerika latin tersebut.
Pemerintah telah berusaha untuk meredam aksi massa ini dengan menerapkan kebijakan-kebijakan baru awal pekan ini, antara lain meningkatkan upah minimum dan uang pensiun, menurunkan kembali tarif transportasi umum, dan menunda kenaikan tarif dasar listrik.
Pemerintah tak mewakili rakyat?
Dalam wawancara dengan Deutsche Welle, menteri Luar Negeri Teodoro Ribera, menyangkal bahwa unjuk rasa yang terjadi bukan merupakan kesalahan pemerintah.
"Penyebabnya bukan berasal dari pemerintahan periode sekarang. Mungkin ini sudah sudah dimulai dari dua, tiga, atau empat periode pemerintahan sebelumnya," terang Ribera.
Dia pun setuju dengan dikerahkannya pasukan militer untuk meredam aksi unjuk rasa, meskipun tuduhan jatuhnya korban akibat pasukan militer ini terus bermunculan.
"Perhatian kami yakni bahwa hak asasi manusia harus dihormati. Ini juga termasuk soal ketertiban umum dan para bangunan yang dimiliki warga, agar tidak dirusak," ujarnya.
Pinera telah menjabat sebagai presiden sejak tahun lalu, namun sebelumnya ia juga pernah memangku jabatan yang sama pada periode 2010-2014. Ia dilaporkan memiliki harta kekayaan sebesar US$2,8 miliar, dan menjadikannya salah satu orang terkaya di Chile sehingga menjadi target para demonstran.
Kepada Associated Press, Marta Lagos, Direktur Latinobarometro, sebuah lembaga survei non-profit Chile, mengatakan minimnya peran para pemimpin Chile dan jelasnya tuntutan-tuntutan para demonstran menegaskan gagalnya partai-partai politik di Chile.
"Ada kegagalan sistem partai politik dalam mewakili rakyat," jelas Lagos.
Lagos juga mengatakan para pengunjuk rasa semakin solid dan teroganisir, namun Pinera tidak kunjung mundur dari jabatannya.
rap/yp (afp, ap, rtr)