Cukup 30 Menit, 'Senjata Kiamat' China Bikin Amerika Serikat KO
- Foreign Policy
VIVA – Angkatan Bersenjata China memiliki rudal balistik hipersonik antarbenua berkapabilitas nuklir terbaru, Dongfeng (DF)-41.
Rudal ini diyakini memiliki jangkauan hingga 15 ribu kilometer, yang membuatnya menjadi rudal militer dengan jarak terjauh di dunia.
Berdasarkan data yang diolah VIVA, Jumat, 11 Oktober 2019, rudal balistik ini diklaim bisa menembus semua sistem pertahanan udara dan meluluhlantakkan daratan Amerika Serikat (AS).
Teknologi rudal Dongfeng-41 memungkinkan untuk terbang pada ketinggian yang jauh lebih rendah, serta dapat dikendalikan secara manual sebelum mengirimkan hulu ledak.
Hal ini membuat upaya deteksi dan pencegatannya semakin sulit dilakukan. Bukan itu saja. Rudal balistik ini kemungkinan dapat membawa sebanyak 10 hulu ledak nuklir untuk mencapai target yang berbeda.
Rudal balistik antarbenua (ICBM) yang dijuluki 'senjata kiamat' itu dapat mencapai AS dalam 30 menit.
Selain memamerkan Dongfeng-41, China juga menunjukkan DF-17 yaitu rudal hipersonik berkemampuan nuklir yang menurut analis asing dirancang untuk bermanuver dengan kecepatan tinggi guna menghindari pertahanan anti rudal.
Rudal DF-17 dapat diluncurkan dari rudal dan sekali terpisah dapat mencapai lebih dari lima kali kecepatan suara.
China juga memperlihatkan peningkatan rudal andalannya, DF-31, yang memiliki jangkauan lebih dari 11.200 kilometer yang menempatkan sebagian besar benua Amerika dalam jangkauan.
Selanjutnya, ada rudal DF-31AG generasi kedua, seperti ‘senjata kiamat’ Dongfeng-41, menggunakan bahan bakar padat untuk kemudahan penyebaran dan kecepatan peluncuran. Rudal ini hadir dengan mobilitas dan presisi tinggi.
Data dari Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI), China merupakan negara dengan kekuatan militer terbesar di dunia dengan 2 juta personel aktif, dibandingkan AS yang hanya memiliki 1,29 juta personel militer aktif.
Pada 2018, China menghabiskan US$250 miliar untuk anggaran militernya, masih kalah besar dibandingkan Amerika Serikat yang menghabiskan US$649 miliar.