Genjot Wisata, Arab Saudi Izinkan Turis Bukan Muhrim untuk Satu Kamar
- dw
Saat sejumlah hotel di Indonesia menolak menerima pasangan yang belum menikah, Arab Saudi malah membuka pintu lebar-lebar bagi mereka yang datang tanpa ikatan resmi pernikahan. Komisi Pariwisata dan Warisan Sejarah Arab Saudi pekan lalu menerbitkan aturan baru yang membebaskan perempuan dari pasangan muhrim untuk menyewa kamar hotel.
Selain itu perempuan juga diizinkan berbagi kamar dengan pria tanpa harus melampirkan surat menikah. Perempuan juga dibebaskan untuk tidak mengenakan Abaya seperti yang sebelumnya diwajibkan, melainkan hanya harus menutupi bagian dari pundak hingga lutut.
Kelonggaran baru itu diberikan untuk menarik minat wisatawan mancanegara agar berwisata ke Arab Saudi. Aturan ini hanya berlaku untuk warga negara asing. "Semua warga negara Arab Saudi masih akan ditanya surat keterangan menikah ketika menyewa kamar," tulis Komisi Pariwisata pada Jumat (4/10). "Hal ini tidak diperlukan untuk wisatawan asing."
Indonesia belum berhak atas eVisa
Langah tersebut diambil hanya beberapa pekan setelah pemerintah Riyadh untuk pertamakalinya menawarkan visa kunjungan wisata ke Arab Saudi. Nantinya pengunjung dari 49 negara dapat mengajukan permohonan kunjungan secara online. Namun demikian hanya tujuh negara Asia yang berhak atas visa tersebut, yakni Brunei, Jepang, Singapura, Malaysia, Korea Selatan, Kazakhstan, dan Cina.
Geliat pariwisata kerajaan Al-Saud muncul di tengah "kerapuhan ekonomi", tulis Wall Street Journal beberapa pekan lalu. Riyadh dikabarkan kesulitan menggerakkan sektor non-migas sebagai pondasi baru perekonomian nasional.
Pemerintah bertekad pariwisata akan memicu pertumbuhan lapangan kerja dan menyumbang Produk Domestik Brutto pada 2030. Saat ini jumlahnya hanya berkisar tiga persen. Nantinya Arab Saudi diharapkan akan lebih mudah diakses warga asing, layaknya Uni Emirat Arab saat ini.
Ketertarikan budaya
Riyadh mencoba membangkitkan minat wisawatawan dengan menggenjot pembangunan infrastruktur di sejumlah situs bersejarah. seperti Mada'in Saleh yang merupakan situs peninggalan Kerajaan Nabatea terbesar kedua setelah Petra di Yordania. Selain itu Arab Saudi juga sedang membangun kota futuristik bernama Neom di dekat perbatasan Mesir.
Belum lama ini pihak kerajaan mengundang sejumlah vlogger berpengaruh dari Eropa, Asia dan Amerika Serikat untuk menjajal program wisata di Arab Saudi. Berbagai pakar pariwisata meyakini kelonggaran baru akan menambah jumlah wisatawan asing, terutama dari Eropa dan Cina lantaran kedekatan geografis.
"Awalnya yang datang adalah wisatawan yang benar-benar tertarik kepada dunia Arab dan warisan budayanya," kata Simon Calder, Editor Wisata The Independent kepada BBC. Sementara Rich Harill, Guru Besar Pariwisata di University of South Carolina, meyakini ada satu faktor lagi yang bisa mendorong warga AS berpelesir ke Arab Saudi, yakni "hanya karena ini barang baru dan belum pernah tersedia buat mereka," kata dia dalam wawancara dengan USA Today.
rzn/ap (ap, bbc, usatoday, aljazeera)