Obama Ingatkan Warga AS Tolak Bahasa Pemimpin yang Sebarkan Ketakutan
- bbc
Mantan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama mendesak warga Amerika untuk menolak bahasa dari pemimpin mana pun yang memicu kebencian dan "mendukung iklim ketakutan dan kebencian.
Obama tidak menyebutkan nama tetapi penyataan yang jarang ini dilontarkan setelah Presiden Donald Trump berusaha menjawab kritikan terhadap retorika anti-imigrannya yang dianggap memicu kekerasan.
Dalam pidato hari Senin (05/08), Trump mengutuk kebencian dan supremasi kulit putih.
Pernyataan itu muncul setelah setelah 31 orang meninggal dunia dalam penembakan massal di Texas dan Ohio.
Saat masih berkuasa, Obama telah berupaya tetapi gagal dalam membatasi pemilikan senjata. Dia mengatakan kepada BBC pada tahun 2015 bahwa kegagalannya meloloskan hukum keamanan senjata berdasarkan akal sehat merupakan kekecewaan terbesar pada masa kepresidenannya.
Obama tidak mengomentari secara langsung retorika kontroversial Trump terkait migran, tetapi mengeluarkan pernyataan pada Senin (05/08).
"Kita harus menolak bahasa yang keluar dari mulut pemimpin kita yang manapun, yang mendukung iklim ketakutan dan kebencian atau menjadikan sentimen rasisme seolah seperti hal yang wajar; pemimpin yang menjelekkan orang-orang yang terlihat berbeda dengan kita, atau mengisyaratkan bahwa orang lain, termasuk para imigran, mengancam gaya hidup kita, atau menganggap orang lain sebagai manusia yang lebih rendah, atau menyiratkan bahwa Amerika dimiliki oleh hanya satu jenis orang," katanya.
"Hal ini tidak punya tempat dalam politik dan kehidupan kita. Dan sekarang adalah saatnya bagi mayoritas warga Amerika yang memiliki niat baik, dari semua ras dan keyakinan dan partai politik, untuk mengatakannya - secara jelas dan tegas."
Selama kampanye kepresidenannya Trump mengatakan imigran Meksiko termasuk kelompok pedagang narkoba, penjahat dan pemerkosa.
Baru-baru ini, Trump menyebabkan kemarahan banyak pihak setelah menyatakan bahwa empat anggota Kongres kulit berwarna "untuk pulang dan membantu memperbaiki tempat asal mereka yang rusak sama sekali dan penuh kejahatan". Dia menyangkal bahwa komentarnya rasis.
Apa yang Presiden Trump katakan?
Lewat sebuah pernyataan dari Gedung Putih pada hari Senin (05/08) Trump mendesak dilakukannya reformasi pengawasan senjata melalui kesehatan jiwa; hukuman mati bagi pelaku pembunuhan massal dan peningkatan kerja sama berbagai pihak terkait peraturan senjata.
"Penyakit jiwa dan kebencian yang memicu pelatuk, bukannya senjata," kata Trump.
Dia tidak menyatakan dukungan terhadap berbagai langkah pengawasan senjata di Kongres.
"Lewat satu suara, bangsa kita harus mengutuk rasisme, kefanatikan dan supremasi kulit putih," kata Trump. "Ideologi jahat harus dikalahkan. Kebencian tidak memiliki tempat di Amerika," kata Trump.
Presiden Trump juga menyebutkan sejumlah kebijakan, termasuk peningkatan kerja sama antara badan pemerintah dan perusahaan media sosial, perubahan hukum kesehatan jiwa disamping diakhirinya "mendewa-dewakan kekerasan" di budaya Amerika.
Trump mendesak adanya hukum darurat yang memungkinkan pejabat penegakan hukum untuk mengambil senjata dari orang-orang yang diyakini membahayakan diri mereka sendiri dan orang-orang lain.
Trump mengatakan badan pemerintahan harus bekerja sama dan mengidentifikasi orang-orang yang melakukan tindakan kekerasan, mencegah mereka mendapatkan akses ke senjata dan juga mengusulkan pemenjaraan paksa sebagai cara untuk menghentikan orang yang dapat melakukan penyerangan.
Dia juga mengatakan dirinya telah meminta kementerian kehakiman untuk mengajukan undang-undang guna memastikan pelaku kejahatan kebencian dan pembunuhan massal dihukum mati.
Presiden mengkritik internet dan pemainan video yang mengerikan karena mendukung kekerasan di masyarakat.
"Sekarang terlalu mudah bagi anak muda bermasalah untuk mengelilingi diri mereka dengan budaya yang mendukung kekerasan," katanya. "Kita harus menghentikan atau sangat mengurangi hal ini dan ini harus segera dimulai."
Tetapi Trump tidak menyinggung kritikan terhadap retorika kerasnya sendiri menentang menentang imigrasi gelap. Pernyataan Trump ini disebut para penentangnya menyebabkan naiknya serangan bermotif rasisme.
Trump dikritik ketika dirinya salah menyebut kota di Ohio sebagai tempat penembakan. Kejadian yang menyebabkan sembilan orang meninggal, terjadi di Dayton tapi Trump menyebutnya di Toledo.
"Semoga Tuhan memberkati orang-orang yang menjadi korban di Toledo, semoga Tuhan melindungi mereka. Semoga Tuhan melindungi semuanya dari Texas sampai Ohio," katanya sebelum turun dari panggung.
Upacara untuk para korban di Brooklyn, New York, pada hari Senin. - Reuters
Apa yang terjadi di Texas dan Ohio?
Penembakan hari Sabtu di Walmart, El Paso, Texas, menewaskan 22 orang dan menyebabkan 24 lainnya luka-luka.
Terduga pelaku ditangkap, bernama Patrick Crusius, adalah penduduk kota Allen, dekat Dallas. Dia diyakini sebagai penulis dokumen yang ditaruh di internet sebelum penembakan yang menyatakan serangan tersebut sebagai "respons terhadap invasi orang Amerika Latin terhadap Texas".
Kemudian pada Minggu (04/08) dini hari, seorang pria bersenjata membunuh saudara perempuan dan delapan orang lainnya di Dayton, Ohio. Dua puluh tujuh orang lainnya luka-luka.
Terduga pelaku, Connor Betts, 24 tahun, ditembak mati polisi. Para pejabat belum mengumumkan alasan serangan dan polisi mengatakan pada hari Senin (05/08) tidak jelas apakah dia memang bermaksud membunuh saudara perempuannya.