ISIS Punya Dana Rp4,2 Triliun, Masih Bisa Meneror Dunia

Pelatihan militan ISIS di Irak
Sumber :
  • YouTube

VIVA – Kelompok ekstremis ISIS diperkirakan masih memiliki dana sebesar US$300 juta atau setara dengan Rp4,2 triliun meski telah kehilangan wilayah kekuasaan di Irak dan Suriah.

Menurut sebuah laporan kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) tentang ancaman yang ditimbulkan ISIS, disebutkan bahwa ketenangan dalam serangan yang diarahkan oleh kelompok militan ini mungkin bersifat sementara.

Pekan lalu, para pakar PBB mengungkapkan dalam laporan lain bahwa para pemimpin ISIS memiliki tujuan untuk mengkonsolidasikan dan menciptakan kondisi bagi kebangkitan akhir di jantung kota Irak dan Suriah.

Disebutkan bahwa situasi tenang saat ini dalam serangan, mungkin tidak berlangsung lama, bahkan mungkin tidak sampai akhir 2019.

Sekjen PBB, Antonio Guterres mengatakan dalam laporan bahwa meski ISIS kehilangan kemampuannya untuk menghasilkan pendapatan dari ladang minyak dan masyarakat setempat. Mereka diyakini mampu mengarahkan dana lain untuk mendukung aksi teroris di Irak, Suriah dan di luar negeri.

Dalam hal ini, bisnis pengiriman uang informal yang dilakukan kalangan teroris atau yang dikenal sebagai hawaladar adalah metode yang paling umum.

Menurut Guterres, barang-barang antik yang dijarah dari Irak mungkin menjadi sumber pendapatan lain untuk ISIS. Beberapa saksi yang kembali dari konflik mengatakan bahkan ada unit khusus di dalam ISIS yang bertanggung jawab untuk menjual benda-benda tersebut.

Dilansir dari SCMP, Selasa 6 Agustus 2019, Guterres mengungkapkan ISIS juga mendorong peningkatan swasembada keuangan di seluruh jaringan pendukung dan afiliasinya di tempat lain seperti di Timur Tengah, Afrika dan Asia.

Selain itu beberapa tokoh senior ISIS juga dilaporkan telah mengungsi ke beberapa kota di mana perang sedang berlangsung. Di Irak misalnya, beberapa pembakaran terus berlangsung untuk mencegah normalisasi dan rekonstruksi, dengan harapan bahwa penduduk lokal pada akhirnya akan menyalahkan pemerintah Irak.

Laporan PBB juga menyoroti keprihatinan yang terus ditimbulkan mengenai kembalinya pejuang ISIS dan keluarga ke negara asal mereka. Diperkirakan, dari 40 ribu orang yang bergabung dengan kekhalifahan, sekitar 24 ribu-30 ribu teroris asing di antaranya masih hidup.

"Ancaman yang ditimbulkan dalam jangka pendek oleh teroris dewasa, dan dalam jangka menengah dan panjang oleh anak-anak di bawah umur yang sering mengalami trauma mungkin semakin teradikalisasi dan memiliki potensi untuk tumbuh lebih serius. Dengan konsekuensi integrasi sosial dan potensi risiko kekerasan, termasuk kemungkinan serangan teroris di masa depan," ujar Guterres.

Dia menegaskan bahwa sistem PBB siap untuk membantu negara-negara dalam mengintegrasikan kembali dan merehabilitasi pria, wanita dan anak-anak yang terdampar terutama di zona konflik.