Umat Muslim di Jerman Menuntut Perlindungan Keamanan yang Lebih Baik
- dw
Muslim Jerman merasa semakin terancam setelah adanya sejumlah ancaman bom baru-baru ini terhadap masjid. Ketua Asosiasi Muslim terbesar di Jerman minta pemerintah tingkatkan tindakan perlindungan.
Pada bulan Juli saja, ada ancaman bom terhadap masjid-masjid di Iserlohn, Villingen-Schwenningen, Muenchen dan Masjid Besar Koeln – masjid yang terbesar yang ada di Jerman. Lalu dalam beberapa hari terakhir, ancaman serupa muncul terhadap masjid di Duisburg, Mannheim dan Mainz.
"Umat Muslim sangat gelisah," kata Nurhat Soykan, juru bicara Dewan Koordinasi Muslim Jerman. Organisasi yang dirikan pada 2007 ini adalah sebuah wadah yang menyatukan empat organisasi Islam terbesar di Jerman: Dewan Pusat Muslim, Uni Islam Turki untuk Urusan Agama (DITIB), Dewan Islam Nasional Jerman dan Asosiasi Pusat Kebudayaan Islam.
"Negara berkewajiban untuk melakukan tindakan membangun rasa saling percaya." Kata Nurhat Soykan. Dia menegaskan, pihak berwenang Jerman punya kewajiban untuk menjamin bahwa semua orang dapat menjalankan agama dan keyakinan mereka tanpa rasa takut dan ancaman kekerasan. "Koeksistensi kita dalam bahaya, dan dengan demikian demokrasi kita," tandasnya. "Itu tidak bisa diterima."
Sentimen anti-Muslim
Ketua Dewan Pusat Muslim di Jerman, Aiman Mazyek, mengamini pernyataan itu. Dia juga mengaku khawatir dengan ancaman kekerasan yang meningkat terhadap kaum Muslim.
"Islamofobia atau Muslimfobia telah meningkat secara signifikan," katanya kepada DW. "Masjid diserang atau dinodai hampir setiap minggu." Mazyek mengatakan, individu juga semakin sering menjadi sasaran.
"Sejak 2017 - ketika serangan Islamofobia terhadap Muslim dan masjid pertama kali dicatat - telah terjadi peningkatan serangan yang menyebabkan kerusakan fisik," kata Aiman Mazyek. Serangan itu makin sering dan banyak kejadian yang tidak dilaporkan, karena pasukan polisi dan pengadilan Jerman belum punya sensibilitas dan pelatihan untuk masalah ini. Situasi makin parah, lanjut Mazyek, karena banyak korban juga segan melaporkan pelecehan dan serangan semacam itu.
Para Menteri Dalam Negeri negara-negara bagian di Jerman mendukung argumen Aiman Mazyek. Menurut statistik resmi, tahun 2017 tercatat ada 1075 kejahatan Islamofobia dan 239 serangan terhadap masjid. Data-data untuk 2018 belum tersedia, tapi angka-angka awal menunjukkan bahwa lebih banyak korban terluka dari pada pada tahun sebelumnya. Antara Januari dan September 2018 saja, 40 orang terluka dalam serangan Islamofobia.
Banyak warga Muslim waswas
Penelitian dua tahunan yang dilakukan yayasan politik Friedrich Ebert Stiftung (FES) tentang sentimen sayap kanan di Jerman menunjukkan betapa luasnya prasangka Islamofobia. Seri penelitian representatif ini diluncurkan tahun 2006 dan membandingkan - antara lain - prasangka terhadap berbagai kelompok masyarakat. Menurut studi itu, hampir 20 persen warga Jerman berpikir negatif tentang Muslim.
Mengingat angka-angka ini, tidak mengherankan bahwa beberapa kelompok Muslim mulai mengadakan seminar tentang potensi ancaman, kata Mazyek beberapa waktu lalu. Seminar itu antara lain membahas tentang pemeriksaan dan pengawasan keamanan, bagaimana meningkatkan daya tanggap polisi dan meningkatkan kesadaran umat Muslim agar mau melaporkan insiden Islamofobia.
Menteri Dalam Negeri Jerman Horst Seehofer menyatakan bahwa "tempat-tempat ibadah memang dapat menjadi sasaran para teroris. Jika ada bukti ancaman, tempat-tempat seperti itu akan mendapat perlindungan ekstra."
Namun Nurhat Soykan bekum puas dengan pernyataan Seehofer. "Tingkat ancaman saat ini diremehkan, dan seruan kami untuk meningkatkan perlindungan masjid belum diperhatikan," katanya.
Berbagai ancaman bom terhadap masjid baru-baru ini belakangan diketahui memang ancaman palsu. Tetapi Nurhat Soykan mengatakan, banyak warga Muslim di Jerman yang sekarang ke masjid dengan rasa waswas. (hp/na)