Usai Jadi Tuan Rumah KTT APEC, Papua Nugini Sibuk Jual Mobil Bekasnya
- abc
Hampir tujuh bulan setelah Papua Nugini menjadi tuan rumah KTT APEC, mayoritas mobil mewah Maserati dari Italia yang digunakan untuk membawa para tamu penting masih disimpan di Ibu Kota Port Moresby.
Menteri yang bertanggung jawab mengurusi APEC Justin Tkatchenko mengatakan terjadi kesalahan dalam proses penjualan mobil-mobil mewah tersebut.
Tkatchenko mengatakan sejauh ini baru satu Maserati dan satu Bentley yang sudah terjual, menurut laporan yang diterimanya dari Departemen Keuangan.
"Aturan lelang yang dikeluarkan salah. Itu masalahnya," katanya. "Tidak ada keterangan mengenai harga jualnya."
"Jadi usaha kita untuk mendapatkan kembali keseluruhan dana pembelian tidak tercapai. Kami harus memulai proses lagi."
Sekitar 40 Maserati yang harganya di pasaran sekitar Rp1,4 miliar per buah dan 3 mobil Bentley dari Inggris, yang salah satunya sekarang diberikan kepada Gubernur Jenderal PNG, dibeli untuk keperluan KTT APEC.
Pembelian mobil-mobil mewah untuk membawa para tamu sebelumnya mendapat kritikan karena pemerintah PNG dituduh mengeluarkan biaya untuk hal yang tidak perlu sementara pelayanan dasar bagi warga setempat masih belum memadai.
Namun pemerintah dan Otoritas APEC mengatakan mobil-mobil tersebut akan dengan mudah dijual kembali.
ABC News: Natalie Whiting
Bulan Februari lalu, Menteri Keuangan ketika itu James Marape, yang sekarang menjadi Perdana Menteri mengumumkan bahwa proses lelang sudah dibuka.
Meski pada awalnya disebutkan bahwa mobil ini akan segera terjual muda seperti menjual kacang, Tkatchenko sekarang ketertarikan untuk membeli mobil-mobil tersebut sekarang tampak menurun.
"Kami mendapat banyak minat pada awalnya namun sekarang karena proses yang panjang, minat mulai berkurang." kata Tkatchenko.
Sekitar Rp120 M biaya APEC belum dibayar
Secara umum keseluruhan pembiayaan KTT APEC ini harus dilaporkan ke parlemen PNG namun sejauh ini belum ada keterangan kapan akan disampaikan.
Justin Tkatchenko mengatakan sekitar $AUD 12 juta (Rp120 miliar) dari pembiayaan APEC tersebut belum dibayar untuk para kontraktor.
Tkatchenko menyalahkan pihak Departemen Keuangan mengenai biaya yang belum dibayar dan Tkatchenko mengatakan bahwa dalam laporan nantinya akan disebutkan bahwa masih ada biaya yang belum dibayar.
"Kita tidak bisa seperti ini selamanya, meski para pemasok ini belum dibayar, kita harus bergerak maju." katanya.
Lihat beritanya dalam bahasa Inggris di sini