Kisah Mantan Budak Seks ISIS yang Dipaksa Berpisah dengan Anaknya
- bbc
Jovan, bukan nama sebenarnya, tak bisa menyembunyikan rasa sedih meski keluarga dan para tetangganya merayakan tahun baru di Lalish, di kawasan pegunungan di Sinjar, Irak utara.
Di tengah suasana gembira, perempuan Yazidi ini teringat anak laki-laki yang ia lahirkan saat ia menjadi budak seks milisi kelompok yang menamakan diri Negara Islam (ISIS).
"Saya ingin sekali membesarkan anak saya, tapi tidak bisa. Masyarakat di sini tidak akan menerima dia. ISIS melakukan tindakan kejam. Mereka menculik dan membunuh banyak anggota komunitas," kata Jovan kepada wartawan BBC, Nafiseh Kohnavard.
"Saya tidak ingin melukai perasaan masyarakat dengan membesarkan anak saya," katanya lirih.
Komunitas Yazidi sangat menjaga kemurnian keturunan, yang membuat anak-anak yang lahir dari perempuan Yazidi yang disekap kelompok ISIS tidak diterima oleh komunitas tersebut.
Anak Jovan pernah ditampung di salah panti asuhan anak yatim di Mosul, di Irak utara.
Tempat ini menampung anak-anak yang kehilangan orang tua yang bertempur melawan ISIS.
"Saya menerima banyak anak-anak, Kristen, dari etnik Turk, Shabak... Tapi tak ada yang membuat pilu seperti melihat anak-anak yang dilahirkan perempuan Yazidi," kata Sakineh Muhammed Ali, pengelola panti asuhan.
Tahun baru tahun ini punya makna tersendiri karena juga menandai kekalahan ISIS, kelompok yang menyerbu desa Yazidi di Lalish di Irak utara. - Reuters
"Ini seperti merenggut anak dari ibu yang mencintai anaknya. Namun, perasaan komunitas Yazidi lebih penting dari perasaan orang per orang," katanya.
Mantan suami Jovan mengatakan ia tak akan menerima anak yang dilahirkan istrinya saat menjadi budak seks ISIS.
"Ketika seseorang datang dan membunuh semua laki-laki di komunitasmu dan ia mengambil istrimu dan kemudian lahir seorang anak, tak peduli apakah orang itu ISIS atau dari kelompok lain, siapa yang sudi menerima anak ini? Mungkin di Barat, anak itu diterima baik-baik, tapi itu tidak terjadi di Timur," katanya.
"Kami di sini tidak akan menerima anak tersebut."
Banyak anak yang menerima nasib seperti ini. Mereka ditolak karena Yazidi memegang teguh kemurnian keturunan.
Perempuan Yazidi yang disekap ISIS banyak yang melahirkan anak, sebagian besar kini berada di kamp pengungsi di Al Hol, di Suriah timur.
Komunitas Yazidi memegang teguh apa yang disebut sebagai `kemurnian darah`. - Reuters
"Sebagian besar dari mereka punya tiga atau empat anak. Anda tentu paham bagaimana perasaan seorang ibu, bagaimana mereka menggendong bayi mereka. Bagaimanapun, ibu tetaplah ibu, tak peduli agama apa yang mereka anut," kata Dr Ghafouri, aktivis Kurdi di Al Hol yang banyak mengurusi perempuan Yazidi dan anak-anak mereka.
Para perempuan Yazidi yang memiliki anak saat mereka ditawan ISIS menghadapi pilihan dilematis saat kembali ke komunitas mereka.
Tidak hanya dilematis tapi juga sangat sulit: harus memilih antara anak dan agama.
Jovan kini hidup sendiri di satu rumah penampungan. Ia diceraikan oleh suaminya dan kehilangan anak. Ia pernah mencari anaknya di rumah yatim di Mosul, tapi sang anak tak lagi berada di sana.
Ia mendapatkan informasi, seorang perempuan mengadopsi anaknya.
Ia masih berharap, suatu hari nanti akan bertemu dengannya.