Australia Bidik Manfaat Perjanjian Dagang dengan Indonesia

Australia akan membantu pelatihan di bidang sekolah kejuruan sebagai bagian dari perjanjian dagang bebas dengan Indonesia.
Sumber :
  • abc

Di Jakarta, hari Senin (4/3/2019) ditandatangani perjanjian dagang bebas antara Australia dan Indonesia yang dilakukan oleh Menteri Perdagangan Australia Simon Birmingham, dan Menteri Perdagangan Indonesia Enggartiasto Lukita.

Namun penandatangananan tersebut tidak dihadiri kepala negara kedua pihak, Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Scott Morrison.

Perjanjian yang mencakup berbagai bidang tersebut masih harus diratifikasi oleh kedua parlemen.

Apa saja keuntungan dari perjanjian dagang ini untuk Australia.

Wartawan ABC Paul Kennedy berbicara langsung dengan Menteri Perdagangan Simon Birmingham hari Senin pagi, dan inilah yang penjelasannya

Simon Birmingham: Ini adalah kemenangaqn nyata bagi para petani kita, bila anda petani jeruk, atau mungkin peternak sapi atau siapa saja yang bertani holtikultura, petani ketang, atau wortel. Kita akan melihat tarif dan kuota akan dihapuskan, yang artinya akan lebih banyak produk dari Australia masuk ke Indonesia, dan tarif akan dihapus sehingga barang-barang akan lebih murah ketika dijual di Indonesia.

Juga kalau anda bergerak di bidang manufaktur, memproduksi batangan baja, atau yang lain. Ini berita bagus juga bagi mereka.

Kita akan bisa mengirimkan baja sebanyak lima jembatan Sydney Harbour Bridge ke Indonesia setiap tahunnya lewat perjanjian ini.

Juga akan ada peningkatan akses di bidang jasa juga.

Mereka yang bekerja atau mempunyai bisnis di bidang pendidikan, layanan kesehatan dan jasa keuangan, di bidang komunikasi, ini merupakan peluang baru.

Indonesia sekarang ini adalah negara dengan perekonomian 16 besar di dunia, dan diperkirakan akan menjadi negara dengan perekonomian keempat terbesar.

Perjanjian ini akan memberikan kesempatan kepada Australia pasar yang lebih besar, kesempatan bagi bisnis kita.

Simon Birmingham sebelum menjadi Menteri Perdagangan adalah Menteri Pendidikan Australia.

ABC News: Ross Nerdal

ABC: Anda berbicara mengenai peluang di bidang pendidikan. Apa yang sebenarnya akan terjadi, dan anda mestinya tahu karena sebelumnya pernah menjadi Menteri Pendidikan?

SB: Ini khususnya di bidang pendidikan kejuruan (vocational). Indonesia sedang berusaha meningkatkan ketrampilan di bidang ini bagi warganya yang diharapkan akan menambah pertumbuhan ekonomi.

Kami akan membantu meningkatkan pertumbuhan tersebut di Indonesia, dan ini adalah kesempatan bagi penyedia ketrampilan kejuruan di Australia untuk bisa melakukannya di Indonesia, memberikan pelatihan di sana, sehingga kedua belah pihak sama-sama mendapat keuntungan.

Ini kesempatan bisnis bagi penyedia latihan ketrampilan, dan juga kesempatan bagi Indonesia untuk meningkatkan ketrampilan pekerja mereka bagi masa depan.

ABC: Saya ingin bertanya mengenai aspek politik di belakang ini. Mengapa Perdana Menteri Scott Morrison tidak ke Jakarta bersama anda untuk menandatangani perjanjian ini?

SB: Saya kira tidak ada yang aneh. Perjanjian Kemitraan Trans-Pasifik atau Perjanjian Perdagangan Besar Peru-Australia juga ditandatangani oleh menteri perdagangan kedua negara tanpa kehadiran kedua pemimpin.

Indonesia sedang dalam masa kampanye pemilu saat ini.

Presiden Joko Widodo sedang melakukan kampanye, dan Scott Morrison juga sedang mengurusi Australia.

Jadi bisnis berjalan seperti biasa.

PM Scott Morrison dan Presiden Joko Widodo tidak akan hadir dalam upacara penandatanganan perjanjian dagang Australia dan Indonesia.

AAP: Lukas Coch

ABC: Menurut anda, apakah masih ada kekecewaan berkenaan dengan keputusan pemerintah Australia yang mengusulkan kemungkinan pemindahan kedutaan Israel dan kontroversi yang muncul karenanya tahun lalu?
SB: Perjanjian ini sebenarnya memang sudah akan ditandatangani. Pembicaraan saya dengan para pejabat Indonesia dalam beberapa bulan terakhir adalah mengenai kapan penandatanganan akan dilakukan, kami mencari waktu yang tepat.

Saya kira ini karena semua pihak melihat bahwa perjanjian ini akan menguntungkan kedua belah pihak.

Ini akan memberikan kesempatan besar bagi petani, pengusaha Australia dan mempererat hubungan antar kedua negara.

Juga akan membantu meningkatkan investasi dan pembangunan di Indonesia, dan itulah mengapa mereka berkomitmen bagi perjanjian, demikian juga kami.

Perjanjian dagang yang dilakukan dalam beberapa tahun terakhir sudah sangat membantu perekonomian Australia.

Seperti perjanjian yang kita lakukan dengan China, Jepang, dan Korea Selatan telah menciptakan 1,2 juta lapangan kerja baru bagi perekonomian Australia.

Pertumbuhan ekonomi Australia lebih tinggi dibandingkan banyak negara lain, dan sekarang ekspor kita rata-rata lebih tinggi dibandingkan impor.

Dan dalam setiap bulan tahun lalu, Australia lebih banyak melakukan ekspor dibandingkan impor, dan ini disebabkan karena berbagai perjanjian dagang yang kami lakukan.

ABC: Perjanjian dagang Australia-Indonesia ini masih harus diratifikasi oleh parlemen kedua negara. Di kedua negara sebentar lagi akan dilangsungkan pemilu. Apakah bijak untuk menandatangani perjanjian dagang sekarang?

SB: Penting sekali perjanjian ini ditandatangani. Ini sudah menjadi bagian dari perundingan begitu lama, dan saya berharap semua pihak akan melihat hal ini sebagai hal yang menguntungkan kedua belah pihak, dan tidak ada memanfaatkannya secara politik.

Hubungan dengan Indonesia merupakan hal yang penting bagi Australia.

Peningkatan ekonomi tidak saja akan meningkatkan hubungan bisnis yang lebih erat, namun juga memperkuat hubungan antar warga,hubungan budaya dan juga diplomatik.

Saya berharap Partai Buruh di Australia melihat juga hal ini, dan akan mendukung penerapan perjanjian, karena apa yang sudah dirundingkan dan disetujui akan bermanfaat bagi petani, pengusaha, dan juga hubungan keseluruhan, perkembangan dan pertumbuhan di Indonesia.