Space to play or pause, M to mute, left and right arrows to seek, up and down arrows for volume.
Kesaksian Turis Asal Jakarta soal Kebakaran Besar Apartemen Melbourne
- abc
Teresa Esther Widya sedang menikmati hari-hari terakhir liburannya di Kota Melbourne, tapi kemudian "dibuat repot" saat harus dievakuasi dari tempatnya menginap.
Warga asal Jakarta tersebut sedang menginap di apartemen NEO 200 di Spencer Street, Melbourne, yang terbakar hari Senin pagi (4/02), dengan api yang menjalar cepat dari lantai 22 ke 27.
Saat kejadian, Teresa mengaku sedang tidur dan ia tidak langsung beranjak bangun saat alarm kebakaran berbunyi.
"Karena di Indonesia biasanya alarm berbunyi tapi ternyata tidak ada apa-apa, tapi karena sampai sekitar pukul 06:30 pagi tidak berhenti, akhirnya saya bangun," kata Teresa saat dihubungi ABC Indonesia.
Kepanikan sempat terjadi sesaat setelah alarm kebakaran di gedung apartemen berbunyi
Foto: Koleksi Teresa
Ia bersama pasangannya langsung mengecek dari bawah balkon dan kaget karena sudah banyak polisi dan ambulan di luar gedung apartemen.
"Kami langsung panik, keluar dan melewati lorong yang sudah berasap," kata Teresa yang pertama kali menceritakan kejadian lewat akun Instagram @teresasthr.
Ia masih menggunakan baju tidur dan hanya membawa jaket dan ponsel saat keluar gedung apartemen.
Pemerintah kota Melbourne langsung memberlakukan gawat darurat di lokasi tersebut dengan membuat posko evakuasi di kantor Balai Kota Melbourne yang berada di Swanston Street.
Evakuasi yang cepat tanggap
Teresa merasa proses evakuasi di Melbourne dilakukan dengan sangat sigap.
Foto: Koleksi Teresa
Dari catatan resmi pemerintah kota Melbourne ada sekitar 200 orang yang datang ke pusat evakuasi untuk mendapat bantuan makanan, konseling, dan pelayanan lainnya, sementara akses gedung apartemen ditutup selama 48 jam sejak Senin pagi.
"Kami langsung dibawa ke Melbourne Town Hall untuk didata, saat kami datang sudah disiapkan sarapan," kata Teresa.
Dari pengalamannya dievakuasi, Teresa merasa prosesnya sangat cepat dan semua pihak bergerak dengan tanggap.
Makan siang yang disediakan pemerintah kota Melbourne juga memperhatikan kebutuhan diet korban evakuasi
Koleksi: Teresa
Ia pun merasa takjub karena makanan yang disiapkan bahkan sudah mempertimbangkan kebutuhan diet tiap-tiap orang, seperti vegetarian atau gluten free.
"Mungkin ini yang membedakan di Indonesia, evakuasi di Melbourne sangat manusiawi dan semua sudah dipersiapkan."
"Kita juga diberikan perlengkapan pokok, ada sabun, odol, semua sudah ada, dari makanan sampai selimut, semua lengkap," tambahnya yang juga menyebut tempat evakuasi dengan layanan hotel.
Bantuan seperti deodoran, sikat gigi, sabun juga disediakan untuk korban evakuasi.
Foto: Koleksi Teresa
Kebakaran disebabkan oleh puntung rokok
Dinas pemadam kebakaran di Melbourne, atau Melbourne Fire Brigade mengatakan puntung rokok menjadi penyebab kebakaran di apartemen Spencer Street.
Rokok yang dibuang begitu saja memicu percikan api kemudian membakar bahan yang mudah terbakar di area balkon, seperti yang dikutip dari situs resminya.
Kejadian tersebut mengerahkan 80 petugas pemadam kebakaran untuk mengendalikan api yang berhasil dipadamkan dalam waktu satu jam.
Petugas meyakini gedung apartemen tersebut dilapisi material yang mudah terbakar, yakni jenis komposit alumunium (ACM).
Para penghuni apartemen tidak bisa kembali ke unit mereka sampai pengumuman lebih lanjut, termasuk Teresa yang rencananya terbang kembali ke Jakarta hari Rabu besok (6/02).
"Lumayan agak stress, karena kebetulan kami merayakan Tahun Baru Imlek dan tadinya ada rencana makan malam tapi dibatalkan."
"Harusnya dua hari terakhir ini juga maunya jalan-jalan, tapi malah tidak bisa kemana-mana karena menunggu kapan koper bisa diambil, jadinya ribet," jelasnya.
Teresa menyewa akomodasi lewat layanan Airbnb, namun ia merasa bersyukur karena pemiliknya menawarkannya tinggal di properti lainnya di pusat kota Melbourne tanpa biaya tambahan.
Sebuah apartemen di kawasan Spencer Street Melbourne, terbakar hari Senin pagi (4/02).
Foto: Koleksi Teresa
Sementara bagi korban lainnya, pemerintah Victoria menyediakan bantuan finansial lewat program khusus bagi mereka yang menjadi korban darurat, termasuk bencana alam.
Jumlahnya mencapai AU$540 (lebih dari Rp 5,5 juta) untuk orang dewasa dan AU$270 (atau hampir Rp 3 juta) untuk anak-anak dan maksimum AU$ 1,890 (atua hampir Rp 19 juta) untuk keluarga.
ABC Indonesia telah mendapat konfirmasi dari pemerintah Victoria bahwa turis dan pelajar internasional yang jadi korban kebakaran di apartemen Spencer bisa mendapatkan bantuan ini.
Tapi Teresa mengaku tak mau mendapatkannya karena merasa bukan pemilik apartemen.
"Ada banyak yang lebih membutuhkan, pacar saya bilang jangan dijadikan ajang ambil kesempatan," ujarnya.
Ikuti berita-berita lainnya dari ABC Indonesia.