Ribuan Orang Teken Petisi Desak Nike Tarik Sepatu Berlafaz Allah
- bbc
Lebih dari 33.000 orang, hingga Senin (04/02), telah menandatangani petisi daring mendesak Nike menarik sepatu Air Max setelah muncul klaim sol pada sepatu ini "ada tulisan Allah dalam huruf Arab".
Petisi di situs change.org tersebut diajukan oleh Saiqa Noreen yang mengatakan logo Air Max "mirip dengan tulisan Allah dalam bahasa Arab".
Tulisan itu ditempatkan pada bagian bawah, tentu saja "tulisan ini akan diinjak dan terkena tanah bahkan kotoran", kata Noreen.
"Ini memalukan dan menjadikan prihatin bagaimana Nike membolehkan nama Tuhan ada pada sol sepatu ... ini menghina Muslim dan Islam. Islam mengajarkan kebaikan dan keadilan bagi semuanya," katanya.
Ia mendesak Nike menarik sepatu ini secara global sesegera mungkin karena desain yang ia katakan "menista agama".
Ia juga meminta Nike untuk lebih berhati-hati dan melakukan pengawasan secara ketat sebelum meluncurkan produk ke pasar.
Menanggapi protes ini, Nike mengeluarkan pernyataan bahwa desain yang mirip dengan tulisan Allah tersebut "semata-mata kebetulan".
"Nike menghormati semua agama dan kami menganggap masalah ini sangat serius," kata Nike dalam satu pernyataan tertulis.
Disebutkan pula bahwa Logo AIR MAX dirancang sedemikian rupa untuk mencerminkan merek dagang Nike Air Max.
"Hanya diniatkan untuk mencerminklan merek AIR MAX," kata Nike seraya menambahkan tidak ada niat lain di luar keinginan untuk menekankan desain AIR MAX pada sol sepatu.
Ini bukan pertama kalinya Nike disorot gara-gara desain yang dikatakan mirip dengan tulisan Allah dalam huruf Arab.
Produsen peralatan olahraga ini menghadapi masalah serupa pada 1997, yang memaksa mereka menarik tak kurang dari 38.000 pasang sepatu di seluruh dunia.
Selain menarik sepatu, Nike juga menyumbang uang sebesar US$50.000 ke satu sekolah dasar Islam di Amerika Serikat, yang dipakai untuk membangun tempat bermain bagi anak-anak.
Logo lain yang memicu polemik
Selain logo Air Max milik Nike, ada logo-logo lain yang juga memicu kontroversi.
Mereka yang berkecimpung di dunia desain paham betul bahwa satu logo bisa memiliki banyak interpretasi begitu logo ini dilempar ke ruang publik.
Kadang tafsir yang muncul sama sekali di luar yang diperkirakan para perancang.
`Pemuja setan`
Procter and Gamble , perusahaan Amerika Serikat yang banyak membuat produk kesehatan dan perawatan pribadi, pada 1980-an menghadapi tuduhan "berhubungan dengan sekte pemuja setan".
Tuduhan ini terkait dengan logo perusahaan yang dipakai sejak 1851 yang menggambarkan laki-laki berjenggot dan 13 bintang.
Rumor menyebutkan bahwa desain ini "melambangkan setan dan bahwa Procter and Gamble menyisihkan keuntungan untuk secara diam-diam diberikan kepada sekte pemuja setan".
Sebagian orang melihat "laki-laki tua ini memiliki tanduk dan bahwa bintang-bintang melambangkan 666 kombinasi rahasia, angka yang biasanya diasosiasikan dengan setan".
Procter and Gamble mengubah logo pada 1991.
Mereka juga menang gugatan terhadap perusahaan pesaing Amway karena pengadilan menyatakan sebagian rumor tersebut dihembuskan oleh Amway.
Hakim memerintahkan Amway membayar ganti rugi US$19 juta kepada Procter and Gamble.
Menjplak atau hanya kebetulan? - Tokyo 2020/Theatre de Liege
Plagiarisme
Kasus logo yang juga menarik perhatian global adalah logo Olimpiade 2020 di Tokyo.
Pada 2015 panitia pelaksana Olimpiade Tokyo 2020 dipaksa mengubah desain setelah muncul tuduhan logonya mirip dengan Theatre De Liege di Belgia.
Perancang Belgia, Olivier Debie, membawa kasus ini ke pengadilan dengan mengklaim bahwa desain logo yang ia rancang pada 2013 "dijiplak oleh perancang Jepang Kenjiro Sano".
Tuduhan ini ditolak baik oleh Kenjiro maupun panitia pelaksana Olimpiade 2020.
Tapi logo Olimpiade 2020 akhirnya diganti dengan rancangan karya Asao Tokolo.