KTT Polandia Berhasil Buat Aturan Batasi Kenaikan Suhu Global
- bbc
Para delegasi di Polandia akhirnya mendapatkan kesepakatan tentang berbagai langkah yang akan membuat pakta iklim Paris efektif pada 2020.
Perdebatan di menit-menit terakhir mengenai pasar karbon mengancam pertemuan itu gagal - pertemuan pun ditunda selama satu hari.
Para delegasi yakin peraturan-peraturan baru akan memastikan negara-negara menepati janji mereka untuk mengurangi karbon.
Perjanjian Katowice bertujuan untuk mencapai tujuan-tujuan Perjanjian iklim Paris untuk membatasi kenaikan suhu global di bawah 2 derajat Celcius.
"Menyusun program kerja perjanjian Paris adalah tanggung jawab besar," kata ketua perundingan, yang dikenal dengan COP24, Michal Kurtyka.
"Jalannya sangat panjang. Kami melakukan yang terbaik untuk tidak meninggalkan siapa pun."
Buku aturan memungkinkan fleksibilitas bagi negara-negara miskin.
Negara-negara berkembang mencari pengakuan dan kompensasi atas dampak kenaikan suhu.
Gagasan untuk bertanggung jawab secara hukum karena menyebabkan perubahan iklim telah lama ditolak oleh negara-negara kaya, yang takut akan tagihan besar di masa depan.
Akhir pekan lalu, para ilmuwan dan delegasi terkejut ketika AS, Arab Saudi, Rusia dan Kuwait keberatan dengan "penerimaan" pertemuan itu akan laporan PBB baru-baru ini mengenai menjaga kenaikan suhu global dalam batas 1,5 derajat Celcius.
Laporan itu mengatakan dunia sekarang benar-benar keluar jalur, menuju kenaikan 3 derajat Celcius abad ini.
Berpegang pada tujuan yang diinginkan akan membutuhkan "perubahan yang cepat, luas, dan belum pernah terjadi sebelumnya di semua aspek masyarakat".
Apa yang menjadi fokus para delegasi?
Perwakilan dari 196 negara mengambil bagian dalam pembicaraan ini. Mereka mencoba mencari solusi atas beberapa pertanyaan yang sangat rumit tentang buku aturan perjanjian Paris.
Buku aturan ini adalah peraturan-peraturan yang akan mengatur secara mendasar bagaimana negara-negara memotong emisi karbon, memberikan bantuan keuangan kepada negara-negara miskin dan memastikan bahwa setiap orang melakukan apa yang mereka katakan sedang dilakukan.
Kedengarannya mudah tetapi hal itu sangat teknis. Negara-negara sering memiliki definisi dan jadwal yang berbeda untuk memotong emisi karbon mereka.
Negara-negara yang lebih miskin menginginkan "fleksibiltas" dalam aturan itu sehingga mereka tidak kewalahan dengan peraturan yang dari awal tak mampu mereka praktekkan.
Apa Ini Cukup?
Laurence Tubiana, seorang arsitek kunci dari perjanjian Paris, dan sekarang dengan European Climate Foundation, mengatakan perjanjian itu merupakan dorongan besar bagi pakta Paris.
"Kuncinya adalah memiliki sistem transparansi yang baik karena itu membangun kepercayaan antar negara dan karena kita dapat mengukur apa yang sedang dilakukan dan itu cukup tepat," katanya kepada BBC News di sela-sela pertemuan ini.
"Saya puas dengan itu. Tidak ada yang bisa mengatakan itu tidak jelas, kita tidak tahu apa yang harus dilakukan, atau itu tidak benar lagi. Itu sangat jelas,"
Dia mengatakan bahwa negara-negara seperti Rusia yang telah menolak untuk meratifikasi perjanjian Paris karena tidak yakin tentang aturannya, tidak bisa lagi menggunakan alasan itu.
Namun beberapa pengamat mengatakan kesepakatan itu tidak cukup kuat untuk menangani urgensi masalah iklim.
Dalam kata-kata satu delegasi, "itu apa yang mungkin, tetapi tidak apa yang perlu".
Bagaimana dengan Memotong Emisi Karbon dengan Lebih Cepat?
Ada dorongan besar bagi negara-negara untuk meningkatkan ambisi mereka, untuk memotong emisi karbon lebih banyak dan dengan urgensi yang lebih besar.
Banyak delegasi ingin melihat ambisi meningkat tajam sebelum 2020 untuk menjaga peluang kenaikan suhu di bawah 1,5 derajat Celcius tetap ada.
Saat ini, rencana yang diajukan negara-negara sebagai bagian dari perjanjian Paris tidak mendekati apa pun, digambarkan sebagai "sangat tidak memadai" oleh satu delegasi dari negara yang rentan terhadap perubahan iklim.
Korporasi juga mencari sinyal tentang masa depan dari pertemuan ini.
"Perusahaan-perusahaan siap untuk berinvestasi dan bank-bank siap untuk membiayai," kata Carlos Salle dari konglomerat energi Spanyol, Iberdrola.
"Jadi kita membutuhkan ambisi yang lebih besar dalam kebijakan untuk memungkinkan bisnis bergerak lebih jauh dan lebih cepat."