Belanda Usut Adopsi Ilegal Anak dari Indonesia dan Negara Lain
- bbc
Belanda akan melancarkan pengusutan keterlibatan pejabat pemerintah dalam sejumlah kasus adopsi anak secara ilegal selama tiga dekade dari berbagai negara, termasuk Indonesia.
Investigasi itu akan pertama-tama akan berfokus pada kasus adopsi anak dari Brasil, kemudian berlanjut ke kasus dari Indonesia, Kolombia, Sri Lanka dan Bangladesh selama 1967 hingga 1998.
Perintah investigasi dipicu oleh kasus Patrick Noordoven, warga Belanda yang memanfaatkan hak kebebasan informasi untuk mengetahui jati dirinya.
Noordoven kemudian mengetahui bahwa dia diadopsi secara ilegal dari Brasil saat masih bayi pada 1980.
"Informasi ini memuat indikasi-indikasi mengenai kemungkinan bahwa seorang atau lebih yang terkait pemerintah Belanda terlibat secara aktif dalam adopsi-adopsi ilegal dari Brasil pada 1970-an dan 1980-an," kata Menteri Perlindungan Hukum Belanda, Sander Dekker, sebagaimana dikutip kantor berita AFP.
"Saya memegang informasi ini dengan sangat serius. Sinyalemen mengenai keterlibatan aktif pejabat-pejabat pemerintah Belanda tidak boleh dikesampingkan," imbuh Dekker.
Indikasi yang dimaksud Dekker, antara lain, mencakup kasus-kasus di mana sejumlah pasangan Belanda diduga bepergian ke Brasil dan mengambil anak di sana.
Bocah itu kemudian diklaim sebagai anak mereka dan dibawa kembali ke Belanda. Oleh mereka, bocah tersebut didaftarkan di catatan sipil Belanda sebagai warga Belanda.
Kepolisian Belanda ternyata sempat menyelidiki kasus-kasus semacam ini pada awal 1980-an dan menemukan 42 contoh `tindak pidana` itu. Tapi kasus-kasus itu tidak ditindaklanjuti, tanpa informasi yang jelas apa penyebabnya.
Dekker mengatakan, pengusutan yang bakal digelar pada awal 2019 dan berlangsung selama sedikitnya satu tahun itu, akan menyelidiki apakah ada upaya resmi agar keterlibatan pejabat-pejabat pemerintah Belanda tidak ditelisik oleh kepolisian pada era 1980-an.
Di Indonesia, adopsi banyak terjadi. Menurut Yayasan Mijn Root, pada rentang waktu antara 1978-1983 ada sekitar 3.000 anak Indonesia diadopsi ke luar negeri. Ada pula anak yang diadopsi secara resmi oleh sesama warga Indonesia, meskipun banyak anak yang diadopsi secara tidak resmi.
Sebagaimana dipaparkan media Belanda, NOS, kasus Patrick Noordoven terkuak setelah selama bertahun-tahun pria itu berupaya mencari tahu identitas orang tua kandungnya.
"Saya mulai mencari karena saya menerima lebih banyak pertanyaan ketimbang jawaban setelah saya bertanya siapa ibu saya," ujar Noordoven kepada NOS.
Sekira 1,5 tahun lalu, Noordoven kemudian menggunakan hak kebebasan informasi dalam menyampaikan keinginannya kepada pemerintah untuk membuka arsip negara soal proses adopsinya.
Setelah permintaan pertama tak membuahkan hasil, keinginan Noordoven terkabul pada permintaan kedua.
Dalam berbagai arsip yang dapat dia akses, Noordoven melihat ada puluhan kasus adopsi ilegal yang melibatkan pejabat-pejabat pemerintah Belanda.
Salah satu dokumen yang dilihatnya adalah akta kelahiran yang diduga palsu dan dikeluarkan oleh Konsulat Belanda tatkala dia diadopsi. Karenanya, Noordoven menuduh pihak konsulat ikut berkolusi. Dia juga mengritik pemerintah Belanda karena berupaya menutup-nutupi kasus tersebut.
Noordoven berharap penyelidikan itu bakal membawa kejelasan pada kasus-kasus lain.
Akan tetapi, lepas dari hasil penyelidikan pemerintah Belanda, Noordoven memutuskan untuk melayangkan tuntutan hukum kepada orang tua angkatnya. Dia menuduh mereka merahasiakan informasi penting sehingga dia sulit mencari informasi mengenai ibu kandungnya.
Orang tua angkat Noordoven kemudian diperintahkan pengadilan untuk membayar kompensasi kepadanya.
Setelah mencari tahu ke sana ke mari, Noordoven akhirnya tahu siapa ibu kandungnya. Tapi, informasi itu datang terlambat. Sang ibu sudah meninggal dunia.
Bagaimanapun, dia berhasil menjalin kontak dengan saudari kandungnya.
"Saya gembira dengan langkah (penyelidikan) ini, namun saya akan terus mengikuti masalah ini secara kritis. Saya kini tahu bahwa pengadopsian saya diatur dan difasilitasi oleh seorang diplomat Belanda," ujar Noordoven kepada NOS.
BBC News Indonesia sedang menelusuri lebih jauh soal ini kepada para pihak terkait di Indonesia.