Hotel Amerika di Jepang Tolak Dubes Kuba Menginap
- bbc
Hotel berjaringan internasional asal Amerika Serikat, Hilton Fukuoka Sea Hawk, dikritik karena menolak Duta Besar (Dubes) Kuba untuk Jepang, Carlos Pereria.
Pemerintah Jepang menuding Hitlon tidak semestinya menolak seseorang menginap atas pertimbangan kewarganegaraan.
Agustus lalu, Hilton menyatakan tidak akan mengakomodasi tamu yang memegang jabatan di pemerintahan Kuba. Hilton khawatir, akomodasi itu tidak sesuai dengan sanksi AS terhadap Kuba.
Polemik ini bermula saat Kedutaan Besar Kuba memesan kamar hotel di Jepang melalui agen perjalanan. Agen itu menyebut identitas tamu yang mereka layani.
Pereria ketika itu diagendakan berkunjung ke Fukuoka, kota yang berada di barat daya Jepang, untuk bertemu dengan sejumlah warga Kuba yang bermain di tim bisbol setempat.
Namun saat tiba di Fukuoka, Pereria mendapat informasi, ia tak dapat tinggal di Hitlon.
Pereria menganggap alasan Hilton menerapkan kebijakan dan hukum AS berpotensi melanggar kedaulatan Jepang, demikian dilansir Harian Asahi Shimbun.
Meski begitu, perwakilan Hilton di Tokyo berkata pada Kyodo News, bahwa perusahaan mereka harus tunduk pada ketentuan AS. Alasannya, Hilton berbasis di AS.
Tahun 2006, otoritas Meksiko menjatuhkan denda pada hotel berjejaring AS, Sheraton, karena mengusir 16 anggota delegasi Kuba dari hotel mereka di Mexico City.
Sementara itu, pada 2017, hotel berjaringan Norwegia, Scandic Edderkoppen juga menolak delegasi Kuba yang berisi 14 orang. Mereka beralasan, sejak kedatangan warga Kuba terakhir kali ke Scandic Edderkoppen, Hilton telah membeli hotel mereka.
Hubungan AS dan Kuba masih panas, terutama setelah Presiden Donald Trump meminta warganya tidak menghabiskan uang untuk tinggal dan makan di hotel atau restoran milik pemerintah Kuba. - Reuters
Wakil Menteri Luar Negeri Norwegia, Raymond Johansen, kala itu menyebut penolakan itu tak dapat diterima.
Tahun 2016, di bawah hubungan yang memanas antara AS dan Kuba selama pemerintahan Barack Obama, jejaring hotel Starwood meneken kesepakatan untuk mengelola dua hotel di Kuba.
New York Times melaporkan, dua hotel itu dimiliki oleh badan usaha milik negara Kuba.
Adapun, belakangan Presiden Donald Trump melarang warga AS menghabiskan uang untuk tinggal di hotel atau makan di restoran yang dimiliki pemerintah dan otoritas militer Kuba.