Partai Oposisi Ingin Kembalikan Pelajaran Agama di Victoria

P
Sumber :
  • abc

Koalisi Partai Liberal-Nasional yang beroposisi di Victoria, Australia, bertekad mengembalikan mata pelajaran agama ke sekolah negeri jika memenangkan Pemilu negara bagian itu bulan depan.

Juru bicara oposisi urusan pendidikan, Tim Smith, mengatakan mata pelajaran agama hanya akan ditawarkan sebagai pelajaran pilihan, bukan wajib.

Hal itu, katanya, akan memberikan pilihan bagi orangtua murid untuk mendidik anak-anak mereka tentang agama.

"Ini bukan masalah dakwah. Ini masalah memberikan pilihan bagi orang tua murid," ujar Smith kepada ABC.

"Kita tidak akan memaksa siapa pun untuk belajar agama," tambahnya.

"Kami rasa ini pengetahuan yang dipandang penting oleh orangtua bagi anak-anaknya. Kami harus memfasilitasinya dalam sistem pendidikan kita," kata Smith.

Pada tahun 2016, Pemerintah Victoria pimpinan Daniel Andrews dari Partai Buruh menggeser jam pelajaran agama 30 menit perminggu ke luar jam sekolah.

Slot tersebut kemudian diberikan pada mata pelajaran budaya global, etika dan hubungan saling menghormati.

Berdasarkan aturan saat ini, pelajaran khusus tentang ajaran agama hanya boleh diajarkan di sekolah negeri selama jam istirahat makan siang, atau sebelum dan setelah jam sekolah.

Menurut Smith dari oposisi, perubahan tersebut telah "mematikan mata pelajaran agama".

"Jujur saja, murid-murid tak mau ikut kelas belajar agama saat jam makan siang. Mereka ingin keluar bermain dengan teman-teman mereka," kata Smith.

Dia mengatakan, rencana oposisi akan mengundang semua agama besar untuk dipelajari. Oposisi juga berencana memberikan kegiatan yang cocok bagi murid yang tidak ikut pelajaran agama.

Namun Menteri Pendidikan Victoria James Merlino menegaskan, jam pelajaran agama sebelumnya telah mengambil jam belajar dari para murid yang tidak ikut kelas.

Menteri Pendidikan Victoria James Merlino menegaskan pelajaran agama tidak boleh mengganggu jam pelajaran lainnya.

AAP: Glenn Hunt

Menurut dia, situasinya tidak pantas ketika pelajaran agama hanya diikuti 20 persen murid sedangkan 80 persen lainnya tidak belajar apa pun.

"Kita ingin murid-murid belajar tradisi agama yang berbeda, dan hal itu sudah jadi bagian kurikulum yang diajarkan saat ini," katanya.

Mata pelajaran agama yang digeser saat ini, kata Merlino, yaitu pejalaran khusus tentang ajaran agama.

Meredith Peace dari Victorian Education Union (AEU) mengatakan para guru menolak kembalinya pelajaran khusus tentang ajaran agama.

Di satu sisi, katanya, oposisi ingin meninjau kembali kurikulum yang mereka anggap terlalu padat.

Namun di sisi lain justru ingin ambil bagian dari kurikulum itu, dan memasukkan pelajaran agama tertentu.

"AEU mendukung pengajaran tentang agama dan dampak dari agama-agama itu pada sejarah kita, pengaruhnya pada masyarakat," kata Peace.

"Tapi itu bukan mengajari murid-murid tentang agama tertentu," tambahnya.

"Jika orangtua menginginkan hal itu bagi anak-anaknya, mereka punya akses ke sekolah agama. Mereka dapat pergi ke organisasi keagamaan," ujarnya.

Sekolah negeri, kata Peace, bukanlah tempat mengajari murid mengenai ajaran agama tertentu.

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.