Sekolah di Korut Dilengkapi Tank, Simulator Jet dan Peluncur Granat

Sekolah di Korea Utara dilengkapi simulator jet, pelontar granat dan tank
Sumber :

VIVA – Tak banyak sekolah memiliki ruang kelas yang dilengkapi dengan tank, simulator jet tempur dan peluncur granat. Namun, Mangyongdae Revolutionary School di Korea Utara bukanlah sekolah biasa.

Didirikan oleh pendiri Korea Utara, Kim Il Sung, untuk mendidik anak-anak yatim piatu yang orangtuanya terbunuh dalam perang melawan kolonial Jepang, sekolah itu kini telah berevolusi menjadi sekolah top di Korea Utara.

Sekitar 1.000 anak laki-laki yang bersekolah di sana, mengenakan seragam militer rancangan Kang Pan Sok, ibu dari Kim Il Sung, dengan garis merah di celana mereka yang melambangkan pengabdian terhadap negara.

Setelah lulus dari Mangyongdae Revolutionary School, semua siswa akan masuk militer, yang merupakan bagian penting dari negara bersenjata nuklir tersebut.

Ada sekitar enam kelas dengan durasi 45 menit dalam sehari, di mana sebagian besar kurikulum yang diajarkan dikhususkan untuk politik dan ideologi, militer dan disiplin akademis tradisional.

Di sore hari, disediakan waktu untuk aktivitas fisik di tempat gym khusus. Mereka juga secara teratur membersihkan dan memelihara perkebunan dekat tempat Kim Il Sung dilahirkan, yang sekarang menjadi situs ziarah utama dan asal-usul nama sekolah tersebut.

Sekolah khusus perempuan

Di pinggiran kota Pyongyang, Chilgol, ada sebuah sekolah khusus perempuan yang diberi nama sesuai ibu dari Kim Il Sung, yaitu Kang Pan Sok.

Sekolah tersebut merupakan proyek keluarga Kim. Pendiri Korea Utara Kim Il Sung telah mengunjungi sekolah itu sebanyak 118 kali, istrinya 62 kali, putra mereka Kim Jong-Il 94 kali dan Kim Jong-un sejauh ini enam kali.

"Pemimpin tertinggi kami adalah orang tua sejati dari semua anak-anak sekolah revolusioner kami," kata Letnan Choe Su Gyong, seperti dilansir dari Straits Times.

Untuk masuk ke sekolah tersebut, seorang siswa harus memiliki setidaknya satu orangtua atau kakek-nenek yang dianggap sebagai pelayan negara yang setia.

"Kami memilih putra-putri patriot yang berjuang untuk partai dan pemerintah, negara dan tanah air," kata Kolonel Kim Yong Ho, Wakil Direktur Departemen Sekolah Kang Pan Sok.

Songbun

Pyongyang mengklaim memperlakukan warganya secara setara. Namun negara terisolir itu mengklasifikasikan warga negaranya berdasarkan latar belakang sosial-politik, menurut sistem yang terperinci dan turun-temurun, yang dikenal sebagai songbun.

Sistem songbun mengelompokkan warga Korut berdasarkan loyalitas mereka kepada negara. Bagi mereka yang leluhurnya adalah seorang kapitalis atau berkolaborasi dengan Jepang, mendapatkan peringkat rendah.

Hanya mereka yang memiliki songbun yang baik, bisa berharap untuk mendapatkan tempat di universitas terbaik atau izin tinggal di Pyongyang. Meskipun, muncul bisnis swasta yang saat ini bisa membuka peluang bagi orang lain.