Pendatang Kamboja Jadi Raja Pai di Australia

Chan Khun menghabiskan waktu delapan tahun menggeluti pembuatan pie sebelum memenangkan lomba membuat pie terbaik.
Sumber :
  • abc

Seorang pendatang asal Kamboja Chan Khun yang sama sekali belum pernah makan pai sebelum menginjakkan kaki di Australia, kini meraih predikat sebagai "raja pai" di negara barunya ini.

Chan kini tinggal di Kyneton, kota pedalaman negara bagian Victoria, memenangkan lomba Pie Terbaik 2018 yang diselenggarakan Asosiasi Pembuat Kue Australia di Gold Coast pekan lalu.

Pai buatannya mencerminkan upayanya meningkatkan cita rasa klasik Australia, tanpa melupakan akarnya sendiri. Dia pun menghasilkan kreasi pai sate seafood.

"Ini suatu kehormatan dan kesempatan besar bagi saya untuk berkontribusi ke masyarakat," kata pria berusia 37 tahun ini.

"Saya akan membuat kue-kue terbaik untuk orang Australia," tambahnya.

Pai pedas buatannya ini menggunakan bahan-bahan segar dan merupakan satu dari 1.700 entri dari 350 toko roti yang bersaing memperebutkan hadiah.

Penghargaan ini menjadi satu dari tujuh penghargaan yang diraih Chan, selain penghargaan tertinggi untuk pai polos dan vegetarian serta kategori pai polos buatan pemagang.

Meski Chan yang mantan pekerja pabrik ini juga menjadi pemenang beberapa kategori tahun lalu, dia bekerja keras selama delapan tahun kerja keras untuk mendapatkan hadiah utama.

"Penghargaan ini sangat berarti bagi saya," ujarnya kepada ABC.

Chan Khun mengaku selalu mencoba resep-resep baru untuk membuat pai dan kue-kue lainnya.

ABC Central Victoria: Larissa Romensky

Resepnya kerja keras

Chan Khun, yang datang ke Australia pada 2004, mengatakan ada tiga faktor penting dalam pembuatan pai.

"Sangat sulit mendapatkan konsistensi kulit pai yang sempurna dan isinya pun harus bagus," katanya.

Pai yang baik, katanya, adalah yang tidak dilepas sampai gigitan terakhir.

Saat bekerja di sebuah pabrik di Melbourne, Chan pertama kali mengenal makanan klasik Australia yang menurutnya berbeda.

"Setiap makan siang saya selalu melihat truk datang dengan banyak kue dan semua orang menyukai pai. Orang Australia suka pai," katanya.

Chan kemudian bekerja di sebuah toko roti selama setahun sebelum mendaftar kursus di TAFE (sekolah kejuruan) untuk membuat kue.

Dia mengaku begitu banyak pengorbanan selama ini.

Misalnya, dia tidur di mobilnya selama dua tahun ketika masih bekerja penuh waktu dan belajar lebih dari 30 jam per minggu.

"Saya bekerja malam hari, mulai jam 2 pagi dan selesai jam 8. Lalu masuk kelas jam 9," kata Chan.

"Tengah hari saya selalu beristirahat 15 menit dan tidur di mobil," ujarnya.

"Tetapi kunci keberhasilan memang kerja keras, kerja keras, kerja keras," tambahnya.

Saudara Chan Khun, Annie, juga merupakan pembuat kue-kue yang memenangkan lomba.

ABC Central Victoria: Larissa Romensky

Keluarga pembuat kue

Kecintaan Chan Khun pada masak-memasak bermula sejak dini, banyak dipengaruhi oleh waktu yang dihabiskannya di dapur bersama ibunya.

"Memasak sangat alami bagiku. Saya tahu apa yang harus dimasak begitu dibutuhkan menyiapkan hidangan," katanya.

Sebagai anak sulung, dia memang diharapkan membantu di dapur. Namun ketika ibunya mengalami kecelakaan ketika Chan berusia 13 tahun, dia pun sepenuhnya bertanggung jawab memasak bagi keluarganya.

"Apa yang saya masak saat itu tidaklah istimewa. Hanya masakan dasar. Namun saya bisa melakukannya dengan benar," katanya.

Sekarang seluruh keluarganya terlibat dalam bisnis pembuatan kue dan roti, termasuk dua saudaranya.

Orangtuanya yang tinggal di Melbourne selalu bolak-balik ke Kyneton di akhir pekan untuk membantu di toko mereka yang sibuk.

Jimmy Van (kiri) magang membuat kue-kue dengan Chan Khun.

ABC Central Victoria: Larissa Romensky

"Tanpa dukungan mereka, sangat berat menjalankan toko sebesar ini," katanya.

Chan Khun mengaku akan terus mencoba resep baru demi menjaga kepuasan pelanggan.

"Kue ini disukai semua orang. Makanya saya harus melakukan yang terbaik untuk mereka," katanya.

Diterbitkan oleh Farid M. Ibrahim dari artikel ABC Australia.