Setelah Jadi Polwan, Wanita Bekuk Pemerkosa Dirinya
- bbc
Pada Desember 2016, Tabata dan Fabricio - bukan nama asli mereka - bertemu lagi setelah 12 tahun.
Tabata baru berusia sembilan tahun saat bertemu Fabricio, lelaki berumur 39 tahun yang sudah menikah. Fabricio adalah "teman" keluarga Tabata yang tidak dicurigai. Tapi di belakang mereka, dia melecehkan dan memperkosa Tabata selama lebih dari dua tahun.
Pada pertemuan kali ini, Fabricio diborgol dan Tabata-lah yang erat menahan lengannya dengan satu tangan sambil tangan lainnya memegang senapan.
Dia membawa Fabricio ke dalam sel, mengunci jeruji dan meninggalkan tempat itu dengan lega, merasa dia seperti telah "mengakhiri sebuah siklus".
"Melaporkan kejahatannya dan meninjau kembali masalah ini adalah proses penyembuhan," katanya kepada BBC News Brasil.
Berkemah
Tabata mengatakan bahwa Fabricio dulunya seorang fotografer yang senang memotret alam, blak-blakan, dan sangat ramah. Dia membuat orang-orang di sekelilingnya terpesona dengan kisah-kisah perjalanan tentang pantai, sungai dan tempat-tempat yang pernah dikunjunginya.
Tak lama seusai bertemu keluarganya, Fabricio dengan cepat berteman dengan ayah Tabata. Keduanya bermain sepak bola bersama di sore hari.
Fabricio dan keluarga Tabata—termasuk Tabata—kemudian bepergian bersama, berkemah dan naik gunung di pedesaan di dekat tempat mereka tinggal, di tepi sungai yang mengalir dari Uruguay di selatan Brasil.
"Tidak butuh waktu yang lama sampai akhirnya dia mulai melecehkan saya," kata Tabata.
"Dia mendekat dan mulai menggerayangi saya. Saya tidak mengerti apa yang terjadi. Perbuatannya membuat saya risau, namun saya masih terlalu muda untuk mengerti bahwa itu adalah sebuah kejahatan."
Tabata mengatakan kekerasan terjadi saat mereka terisolasi di antara pepohonan, jauh dari pengawasan orang dewasa lain, atau saat mereka mandi di sungai.
Tabata dilecehkan dari usia sembilan hingga 11 tahun. - André Valente/ BBC Brasil
"Suatu hari saya diminta pergi bersamanya untuk mengambil air untuk kemah," kata Tabata.
"Dia mulai menggerayangi saya namun saya berhasil melarikan diri dan berlari mendahuluinya."
"Orang tua saya tidak menanyakan mengapa saya tiba duluan. Mereka bahkan tidak pernah membayangkan bahwa dia dapat melecehkan saya, karena mereka sangat mempercayainya."
Tabata mengatakan dia sudah sering ingin memberi tahu orang tuanya namun akhirnya menahan diri.
"Ayah saya selalu stres dan marah. Saya khawatir dia akan membunuh fotografer itu dan masuk penjara karenanya. Ada ribuan hal dalam pikiran seorang anak. Namun saya juga khawatir orangtua saya tidak akan mempercayai cerita saya."
`Dia memaksa saya`
Pelecehan berlangsung selama dua setengah tahun. Seiring berjalannya waktu, Fabricio mulai memanfaatkan rutinitas keluarga Tabata.
Dia tahu Tabata memiliki seorang kakak perempuan yang sedang belajar menjadi seorang guru, bahwa ibunya bekerja di sore hari, dan ayahnya bermain sepak bola. Di saat itulah dia muncul di rumah mereka.
"Dia akan mengatakan: `Hanya sedikit, hanya sedikit.` Dia tidak pernah menampar saya namun dia memegang saya dengan erat dan memaksa saya untuk tunduk ," kata Tabata.
Ketika dia berumur 11 tahun dia mulai bereaksi dengan keras, berteriak dan mengumpat dan berusaha untuk melawan.
Dia tadinya akan mengadu ke ibunya, namun memutuskan untuk tidak melakukannya saat kesehatan ibunya memburuk.
Di saat bersamaan, ayahnya ketahuan berselingkuh dengan istri Fabricio dan teman lama itu pun bermusuhan.
Mengungkapkan Kebenaran
Selama bertahun-tahun berikutnya, meski dia berusaha untuk melupakan detail semua pemerkosaan yang terjadi, Tabata masih dihantui kenangan itu.
Dia mulai membagikan rahasianya ke beberapa teman sekolahnya untuk meluapkan emosinya.
Saat dia berusia 16 tahun, salah satu dari teman-temannya akhirnya memberi tahu ibunya.
"Dia memberi tahu saya bahwa fotografer itu juga telah melecehkan anak perempuan lain. Hal itu membuat saya sangat marah," kata Tabata.
"Saya kira saya satu-satunya korban, namun kemudian saya menyadari bahwa dia juga merusak kehidupan anak perempuan lain."
Tujuh tahun setelah dia pertama kali dilecehkan, dia melaporkan kejahatan itu ke polisi namun tidak ada penyelidikan yang dilakukan. Enam tahun sesudahnya, kasusnya masih teronggok di kantor kejaksaan.
Pemerkosa Tabata dihukum tujuh setengah tahun penjara namun baru menjalani satu tahun penjara. - André Valente/ BBC Brasil
"Saya sendiri datang untuk menanyakan mengapa kasus itu tidak maju-maju. [Jaksa] sangat kasar pada saya. Dia mengatakan itu terjadi sudah lama, tidak ada bukti dan saya terlalu lama datang untuk mengadu."
Sudah pupus harapan Tabata melihat Fabricio berada di balik jeruji besi, saat ayahnya mengingatkan bahwa ada anak perempuan lain yang digerayangi oleh orang yang sama.
Tabata pun datang ke keluarganya untuk mengaku.
Bukti ini sangat penting untuk membuka kasus itu.
Fabricio mengklaim bahwa Tabata membuat-buat kisahnya sebagai balas dendam ayahnya yang marah.
Dia dihukum tujuh setengah tahun penjara namun tetap bebas menunggu keputusan banding.
Akhir Sebuah Siklus
Tabata saat ini berusia 24 tahun dan menyelesaikan pendidikannya di akademi polisi. Dia mengatakan masa kecilnya yang penuh kekerasan mendorong keputusannya untuk bergabung dengan aparat keamanan.
Namun meskipun nalurinya ingin "menangkap semua pemerkosa", dia menjaga jarak dengan semua kasus pemerkosaan di rutinitas kesehariannya di kantor.
"Saya tidak mungkin bisa mengendalikan diri saya dan menjadi profesional dalam kasus-kasus yang ekstrem, seperti saat seorang bayi diperkosa," katanya.
"Dan peran saya sebagai polisi adalah menjalankan tugas-tugas saya berdasarkan hukum."
Penugasan khusus datang suatu hari pada Desember 2016, saat Fabricio kalah banding.
Dia bersembunyi di sebuah pondok yang tersembunyi di antara bantaran sungai.
Tabata memasukkan pemerkosanya ke dalam penjara. - André Valente/ BBC Brasil
"Sebenarnya rekan kerja saya yang menangkapnya, namun saya menegaskan dengan menguncinya di belakang jeruji," kata Tabata.
"Saya ingin mengakhiri sebuah siklus."
Sebuah Peringatan Kepada Para Orangtua
Fabricio dilepaskan kurang dalam setahun karena berperilaku baik dan melakukan pekerjaan baik.
Setelah diperkosa, Tabata mengatakan dia merasa malu dengan tubuhnya dan menganggap seks sebagai sesuatu yang buruk.
Tabata mengaku menutup diri setelah pengalaman itu dan harus belajar keras untuk mempercayai orang dan membangun hubungan.
Sekarang, dia ingin kisahnya dapat dilihat sebagai sebuah peringatan kepada banyak keluarga.
"Saya ingin mengingatkan orangtua untuk banyak mengobrol dengan anak-anak mereka dan menganjurkan mereka untuk mengadu mengenai semua perilaku orang dewasa yang tidak layak. Dan untuk mengatakan bahwa mereka akan mempercayai cerita anak-anak mereka," kata Tabata.
"Saya selalu mengatakan bahwa korban tidak boleh pernah disalahkan. Apa yang terjadi bukan karena perilaku mereka atau pakaian yang mereka kenakan namun karena pelaku adalah orang gila."