Masuk Bui Setelah Ancam Ledakkan Pesawat Malaysia Airlines
- bbc
Pengadilan Australia menjatuhi hukuman penjara selama 12 tahun kepada seorang warga negara Sri Lanka karena mengancam akan meledakkan bom di Malaysia Airlines di Melbourne tahun lalu.
Karena aksi Manodh Marks, 26, maka penerbangan Malaysia Airlines MH128 menuju Kuala Lumpur terpaksa kembali ke Melbourne, Australia, Mei tahun 2017 setelah ia berusaha mendobrak pintu kokpit.
Pesawat itu membawa lebih dari 200 orang dan mendarat dengan selamat sekitar 15 menit setelah Marks dikendalikan oleh para penumpang.
Aparat keamanan kemudian mendapati Marks membawa bahan peledak dan mengalami psikosis karena obat yang ia konsumsi. Demikian keterangan yang dipaparkan di pengadilan.
"Para penumpang dan awak kabin tentu saja tidak hanya khawatir, tetapi yakin bahwa Anda membawa bom," kata hakim Michael McInerney ketika menjatuhkan vonis di County Court of Victoria, Kamis (07/06).
Ditambahkannya bahwa ancaman Marks memberikan tekanan yang besar kepada pilot dan membahayakan keselamatan penumpang.
Inilah untuk pertama kalinya pengadilan Australia memenjarakan seseorang dalam kasus percobaan mengendalikan pesawat terbang.
Marks akan dipulangkah ke Sri Lanka setelah menjalani hukuman maksimal 12 tahun. Ia akan berhak mengajukan pengampunan setelah menjalani sembilan tahun hukuman penjara.
Lampu kilat
Di saat kejadian, Marks berada di Australia dengan visa mahasiswa, dan baru saja dikeluarkan dari klinik psikiatri pada hari itu.
Dalam keterangan yang disampaikan di pengadilan, ia mengonsumsi sabu-sabu dalam perjalanan menuju ke bandara.
Tidak lama setelah pesawat tinggal landas, ia mengacung-acungkan dua benda hitam. Kedua barang itu kemudian diketahui sebagai pengeras suara portabel dan bungkisan baterai dengan lampu kilat.
"Saya membawa bom," kata Marks kepada awak kabin, seperti dilaporkan Fairfax Media.
"Saya ingin berbicara dengan kapten. Saya ingin berbicara dengan pilot. Jangan mendekati saya. Saya ingin menghancurkan pesawat ini," katanya.
Kontroversi penanganan
Sekitar lima menit kemudian, Marks berhasil dikendalikan oleh para penumpang yang memborgol tangannya dengan kabel tali.
Pada waktu kejadian Kepolisian Australia dikritik karena baru masuk ke pesawat hampir 90 menit setelah pendaratan.
Kepala Kepolisian Victoria Graham Ashton mengatakan kepolisian semula memperlakukan insiden itu sebagai insiden yang mungkin terkait dengan terorisme, sebelum memutuskan bahwa sejatinya adalah "kasus yang berkaitan dengan kesehatan mental".