Oposisi Malaysia Menang, Mahathir Jadi PM Tertua di Dunia

PM Malaysia Mahathir Mohamad.
Sumber :
  • Reuters

VIVA – Gabungan oposisi Malaysia, yang dipimpin mantan perdana menteri Mahathir Mohamad, berhasil meraih kemenangan bersejarah dalam pemilihan umum Malaysia.

Sebagaimana dikutip dari laman BBC News Indonesia, Kamis 10 Mei 2018, hasil resmi dari Komisi Pemilihan Umum memperlihatkan aliansi gabungan oposisi Pakatan Harapan dan satu partai di negara bagian Sabah, meraih 115 kursi parlemen atau melewati ambang mayoritas 112 kursi.

Dengan demikian, oposisi yang akan membentuk pemerintahan dan Mahathir Mohamad akan menjadi perdana menteri tertua di dunia pada usia 92 tahun.

Kepada para wartawan Mahathir mengungkapkan, harapannya bahwa akan ada upacara pengambilan sumpah pada Kamis, dan akan mengumumkan hari libur nasional.

Dia berhasil mengalahkan Perdana Menteri Najib Razak, yang dibayang-bayangi dengan skandal keuangan badan investasi milik negara, 1MDB, walau Najib berulang kali membantahnya.

Hasil ini jelas menjadi sejarah dalam politik Malaysia, yang sekitar 60 tahun belakangan dikuasai oleh koalisi Barisan Nasional, yang sebelumnya merupakan kubu Mahathir Mohamad.

"Kami tidak mengupayakan balas dendam, kami ingin memulihkan penegakan hukum," kata Mahathir kepada para wartawan, saat menyatakan kemenangannya.

Peran utama Mahathir

Kemenangan oposisi ini jelas, tidak bisa dilepaskan dari peran Mahathir Mohamad, seperti dijelaskan oleh Ibrahim Suffian dari lembaga jajak pendapat umum, Merdeka Centre.

"Dia memberikan keyakinan kepada pengundi (pemilih), di mana pengundi yang sebelum ini mungkin takut-takut dan juga dipengaruhi oleh identitas politik, namun kini berani melakukan perubahan dan terus memilih calon-calon Pakatan Harapan," kata Ibrahim.

Masalahnya adalah Mahathir adalah tokoh masa lalu yang amat berperan dalam pembentukan koalisi pemerintah Barisan Nasional. Namun, Ibrahim menegaskan, pemerintahan hasil pemilu kali ini akan berbeda.

"Pada waktu ini, koalisi yang dipimpin Dr Mahathir adalah terdiri dari berbagai partai dan tidak ada yang memiliki mayoritas yang dominan, jadi mereka bergerak dalam satu partnership (kemitraan) yang lebih equal (seimbang)."

Sementara itu, sebelumnya Barisan Nasional praktis didominasi oleh UMNO.

Sebelum pemilihan umum ini, diperkirakan bahwa jika menang Mahathir Mohamad akan memerintah untuk sementara waktu, sebelum menyerahkan kekuasan kepada Anwar Ibrahim, yang kini masih dipenjara.

"Yang kita lihat bahwa terdapat persetujuan, di mana beliau mungkin akan memimpin selama dua tahun dan selepas itu akan diserahkan kepemimpinan kepada orang yang lain. Jadi, kita lihat ini merupakan suatu proses transisi yang akan berlaku."

"Ini adalah suatu perkara yang baru, tidak pernah ditemui masyarakat Malaysia. Jadi, perubahan yang kira saksikan ini merupakan perkara yang begitu unprecedented (belum pernah ada sebelumnya)," tegas Ibrahim.

Dalam pemilu kali ini, Mahathir memang bergabung dengan mantan wakilnya, Anwar Ibrahim, yang dulu pernah 'dipenjarakannya' dengan tuduhan sodomi.

Anwar—yang sebelum kehadiran Mahathir merupakan tokoh oposisi utama—hingga kini masih dipenjara, karena dinyatakan terbukti bersalah dalam dakwaan sodomi yang kedua.

Yakin menang

Sebelum hasil akhir resmi dihitung, Mahathir sudah memperlihatkan keyakinan bahwa oposisi akan meraih kemenangan.

"Kami yakin bahwa berdasarkan penghitungan resmi kami, mereka tertinggal. Kemungkinan mereka tidak akan membentuk pemerintahan," kata Mahathir kepada para wartawan.

Dikatakan oleh Mahathir bahwa berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan Pakatan Harapan, koalisi oposisi itu seharusnya sudah dapat membentuk pemerintahan, tetapi Komisi Pemilihan menolak meneken formulir pengesahannya sebagai syarat pengumuman hasil penghitungan resmi.

Selain memilih anggota parlemen nasional, pemilihan umum Malaysia juga menentukan wakil-wakil rakyat di tingkat negara bagian. Partai atau gabungan partai yang menang untuk pemilihan negara bagian maka ia akan memerintah negara bagian itu.

Najib Razak menghadapi berbagai masalah, termasuk dugaan korupsi, keluhan warga atas kenaikan biaya hidup dan ketegangan antaretnik. Koalisi Barisan Nasional memerintah sejak tahun 1957 dan belum pernah kalah sejauh ini.

Pencoblosan pada umumnya berjalan lancar, meskipun muncul laporan-laporan tentang dugaan terjadinya penyimpangan.