PM China ke Indonesia, Investasi Jadi Poin Penting
- REUTERS/Parker Song/Pool
VIVA – Kunjungan Perdana Menteri China Li Keqiang akan dimanfaatkan oleh pemerintah Indonesia sebagai momen untuk memastikan bahwa defisit perdagangan antara kedua negara semakin dipersempit.
Sejak dua tahun terakhir, pemerintah Indonesia berhasil menekan defisit perdagangan dengan China hingga 11,63 persen.
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengatakan, pada periode tahun 2015-2017, total defisit perdagangan yang berhasil dipersempit pemerintah Indonesia terbilang cukup besar. Hal ini dapat dilakukan karena adanya perjanjian yang terus dilakukan oleh pemerintah.
"Kalau tidak ada engagement, maka defisit itu akan semakin besar. Pemerintah Indonesia betul-betul melakukan engagement dengan Republik Rakyat Tiongkok, untuk memastikan angka defisit semakin sempit," ujar Retno di Gedung Kemlu, Jumat malam, 4 Mei 2018.
Dalam kunjungan pertama PM Li ke Indonesia, pemerintah juga akan menyampaikan upaya Indonesia untuk terus meningkatkan ekspor ke China. Beberapa produk tersebut antara lain sawit, sarang walet, manggis, salak, pisang, kopi dan kokoa.
Investasi dari China ke Indonesia juga akan menjadi salah satu poin penting dalam kunjungan PM Li. Retno menjelaskan ketika membahas investasi dari luar negeri, maka beberapa hal yang perlu ditegaskan antara lain transfer of technology, masalah hulu dan hilir, penggunaan tenaga kerja dan terkait lingkungan.
"Kita ingin investasi yang masuk berkualitas, yang betul-betul mendatangkan manfaat bagi masyarakat dan mendukung pembangunan," ujar Retno.
Menurut rencana, PM China akan tiba di Indonesia pada tanggal 6 Mei, dan bertemu dengan Presiden Joko Widodo keesokan harinya. Selain bertemu dengan Presiden, Li Keqiang juga dijadwalkan akan bertemu dengan Sekretaris Jenderal ASEAN Lim Jock Hoi, di Gedung Sekretariat ASEAN Jakarta Selatan. (ase)