Inggris dan Rusia Saling Usir Diplomat, Begini Efeknya
- bbc
Rusia memutuskan untuk mengusir 23 diplomat Inggris dari Moskow sebagai langkah balasan atas tindakan pemerintah Inggris yang mengusir 23 diplomat Rusia.
Pengusiran tersebut ditempuh Inggris terkait insiden penyerangan mantan mata-mata Rusia, Sergei Skripal, yang berusia 66 tahun, dan putrinya, Yulia, 33 tahun, di Salisbury, 4 Maret lalu.
Perdana Menteri Inggris, Theresa May, mengatakan "amat mungkin" Inggris berada di balik kejadian itu.
Namun, lepas dari kasus Skripal, mengapa sebuah negara mengusir diplomat asing? Dan apa yang terjadi ketika seorang diplomat asing diminta meninggalkan sebuah negara?
Segenap diplomat di seluruh dunia menyandang kekebalan di negara yang mereka kunjungi. Artinya, mereka tidak bisa dihukum di negara tersebut.
Akan tetapi, hak mereka untuk menetap di negara yang dikunjungi bisa dicabut jika mereka melanggar hukum, membuat berang negara tersebut, atau dalam krisis diplomatik seperti terjadi antara Inggris dan Rusia saat ini.
Konvensi Wina mengenai hubungan diplomatik mengatur bagaimana negara-negara berinteraksi. Berdasarkan Pasal 9 Konvensi tersebut, negara yang menampung diplomat asing bisa "kapanpun dan atas alasan apapun" menyatakan seorang diplomat asing `persona non grata` atau tak dikehendaki di wilayah mereka.
Pemerintah yang dikunjungi diplomat asing berhak menentukan diplomat mana yang hengkang dan yang menetap.
Pada Sabtu (17/3), Duta Besar Inggris, Laurie Bristow, dipanggil Kementerian Luar Negeri Rusia untuk memberi tahu mengenai pengusiran terhadap 23 diplomat Inggris.
Sebelumnya, langkah serupa ditempuh Kementerian Luar Negeri Inggris saat memanggil duta besar Rusia.
Akan tetapi, menurut John Everard selaku mantan duta besar Inggris untuk Korea Utara "tiada cara baku untuk memberi tahu diplomat" mana yang diminta hengkang atau menetap.
Sebuah negara, meurut Everard, bisa memanggil duta besar yang bersangkutan atau merilis nota diplomatik secara resmi. Tiada aturan baku mengenai cara melakukannya.
Contohnya, seperti yang terjadi pada Patric Duddy, mantan duta besar AS untuk Venezuela. Pada 2008, saat dia sedang berada di Washington DC, Kementerian Luar Negeri AS menelponnya dan memberitahu bahwa dia tidak bisa kembali ke Venezuela.
Pasalnya, Hugo Chavez, yang merupakan presiden Venezuela kala itu, mengumumkan pengusiran Duddy melalui media massa.
Diplomat asing harus hengkang tatkala negara yang dikunjungi meminta dia pergi. Menolak pergi sama saja melanggar traktat internasional dan bisa memicu krisis besar.
"Tidak bisa berkelit. Mereka harus memenuhi tenggat waktu yang kami berikan, dan sebaliknya kami harus memenuhi tenggat waktu mereka," ujar Sir Christopher Meyer, mantan duta besar Inggris untuk AS.
Dalam kasus saat ini, Rusia memberikan waktu seminggu kepada 23 diplomat Inggris untuk pergi. Namun, dalam kasus lain, bisa saja waktu yang diberikan mencapai 72 jam atau bahkan 24 jam.
Pada 1960-an, sebuah perusahaan asuransi menawarkan polis untuk melindungi para diplomat dalam menghadapi kemungkinan diusir tiba-tiba oleh Moskow.
Everard, yang tidak pernah diusir dari sebuah negara, mengibaratkannya dengan disuruh hengkang oleh perusahaan transnasional besar.
"Anda tidak akan melakukan pekerjaan apapun pada pekan tersebut," ujarnya, sembari menambahkan tantangan terbesar adalah menangani urusan sekolah anak-anak.
"Anda ucapkan perpisahan kepada setiap teman dan kolega sebanyak-banyaknya. Dan jika beruntung, Anda bisa menggelar pesta perpisahan."
Kedutaan Rusia di London tampaknya punya waktu soal ini. Mereka merilis foto perpisahan kepada 23 diplomat yang diusir pemerintah Inggris.
Lagi-lagi, tiada aturan baku mengenai apa yang harus dilakukan diplomat ketika diusir mendadak.
Bagaimanapun, Menlu Inggris, Boris Johnson, mencuit bahwa prioritasnya sekarang adalah "mendukung para staf yang kembali ke Inggris."
Sir Christopher, yang pernah bertugas di Uni Soviet, mengatakan "sangat jarang" bagi seorang diplomat untuk kembali ke sebuah negara yang pernah mengusirnya.
Meski demikian, dia mengenal seseorang yang bisa kembali ke Rusia setelah diusir. Yang bersangkutan, mengajukan permohonan dan bisa kembali bertugas di Rusia beberapa tahun mendatang.
"Tidak ada periode tetap. Namun, itu bukanlah sesuatu yang jamak," ujarnya.
Diplomat yang baru diusir tidak menunggu kesempatan kembali ke negara tersebut.
Mereka, kata Sir Christopher, ditugaskan di bidang lain yang ditetapkan pejabat Kemenlu walau diplomat yang bersangkutan punya keahlian di suatu bahasa tertentu.
"Sebagian besar diplomat punya kekhususan di `bahasa yang susah`. Namun, mereka toh punya pengetahuan luas."
"Bukan berarti seorag diplomat tidak bisa membawa keahlian lainnya ke Kementerian Luar Negeri."