Nyawa Ratusan Warga Suriah di Damaskus Terancam Tiap Hari

Ghouta Timur, Suriah
Sumber :
  • bbc

Situasi di kawasan yang dikuasai pemberontak Suriah di pinggiran ibu kota Damaskus dilaporkan semakin memburuk akibat pengeboman yang bertubi-tubi oleh pasukan pemerintah Suriah.

Dalam wawancara dengan BBC, seorang dokter di Ghouta Timur mengatakan setiap harinya ratusan warga sipil sekarat dan rumah sakit tempatnya bekerja harus dievakuasi beberapa kali dalam sehari.

Sekolah, masjid, dan pertokoan di situ, menurutnya, secara sengaja dijadikan sasaran dalam serangan bom.

Dokter tersebut menjelaskan banyak warga yang merasa diabaikan atau dibiarkan mati oleh teman-temannya sendiri.

Koordinator operasi kemanusiaan PBB di kawasan itu, Panos Moumtzis, mengatakan sedikitnya 250 orang tewas dalam pengeboman selama tiga hari belakangan.

Seorang warga Ghouta Timur, Bilal Abu Salah -yang istrinya sedang mengandung lima bulan- mengatakan, "Kami menunggu giliran untuk mati. Hanya itu yang saya bisa katakan."

Calon bapak yang berusia 22 tahun itu khawatir bahwa ketakutan akan teror serta pengeboman yang terus menerus bisa membuat istrinya melahirkan lebih awal.

"Hampir semua orang kini tinggal di tempat penampungan. Ada lima sampai enam keluarga di dalam satu rumah. Tidak ada makanan, tidak ada pasar," jelasnya kepada kantor berita Reuters.

Pasukan pemerintah -yang mendapat dukungan dari Rusia- meningkatkan serangan untuk merebut wilayah yang dikuasai pemberontak itu sejak Minggu (18/02) malam.

Militer Suriah mengatakan mereka sedang berupaya untuk membebaskan kawasan tersebut dari para teroris.

Firas Abdullah -seorang wartawan dari media kelompok oposisi, Ghouta Media Center- mengatakan kepada BBC bahwa tidak ada lagi tempat untuk bersembunyi di Ghouta Timur.

"Kami bisa mendengar teriakan dan tangisan dari perempuan maupun anak-anak melalui jendela rumah mereka."

"Dan rudal serta mortir jatuh ke kami seperti hujan. Tidak ada tempat untuk berlindung dan mimpi buruk ini masih belum selesai," tambahnya.

Lebih dari 50 anak-anak termasuk yang tewas dari sekitar 250 korban jiwa, menurut para pegiat setempat, sementara sekitar 1.200 orang cedera.

PBB sudah menyerukan gencatan senjata untuk memungkinkan bantuan kemanusian disalurkan dan korban cedera bisa dievakuasi dari medan perang itu.

Wilayah Ghouta Timur dikuasai oleh kelompok Jaysh al-Islam namun Hayat Tahrir al-Sham, sebuah aliansi para jihadis yang dipimpin mantan jihad yang pernah berhubungan dengan al-Qaida, juga ada di sana.

Kekerasan di kawasan Ghouta Timur, yang ditetapkan sebagai `zona de-eskalasi` oleh sekutu utama Suriah -Rusia serta Iran- dan juga Turki, merupakan yang terburuk sejak serangan kimia tahun 2013 di Aleppo yang menewaskan ratusan orang, menurut para pegiat.

"Orang-orang tidak punya tempat untuk bersembunyi. Mereka berupaya untuk bertahan namun kelaparan akibat pengepungan membuat mereka menjadi lemah," kata seorang dokter kepada Union of Medical Care and Relief Organisation, yang memberi bantuan layanan kesehatan di Ghouta Timur.

Sementara Panos Moumtzis mengatakan sedikitnya enam rumah sakit diserang pada hari Senin dan Selasa, yang menurutnya bisa tergolong sebagai kejahatan perang.

Pemerintah Suriah hanya mengizinkan masuknya satu konvoi bantuan kemanusiaan ke Ghouta Timur sejak akhir November lalu sehingga terjadi kekurangan pangan yang parah.

Sebungkah roti harganya kini mencapai 22 kali lebih mahal dari harga roti rata-rata di Suriah dan sekitar 12% anak-anak balita dilaporkan menderita kekurangan gizi akut.

Hari Selasa (20/02), pasukan yang mendukung pemerintah Suriah sudah memasuki Afrin, kantung yang dkuasai oleh pemberontak Kurdi di dekat perbatasan selatan Turki.

Turki ingin mengusir milisi Kurdi, YPG -yang menguasai kawasan tersebut- yang meminta bantuan militer Suriah untuk menghadapi serangan dari Turki.

Pemerintah Damaskus mengecam operasi Turki itu sebagai `serangan mencolok` atas kedaulatan nasionalnya namun Ankara menegaskan tidak akan mundur.

Militer Suriah juga melancarkan serangan atas kawasan yang masih dikuasai pemberontak di Provinsi Idlib di sebelah barat laut. PBB mengatakan sekitar 30.000 orang mengungsi di provinsi tersebut sejak perang berkecamuk Desember lalu.

Kementerian Luar Negeri Rusia mengaku puluhan warganya dan juga penduduk dari negara bekas Uni Soviet tewas atau cedera dalam perang di Suriah belakangan ini.

Tidak ada rincian tempat yang diberikan namun diyakini Moskow merujuk pada perang di Provinsi Deir al-Zour pada 7 Februari lalu, ketika militer Amerika Serikat mengatakan telah menewaskan sekitar 100 pejuang propemerintah Suriah.

Serangan AS itu dilakukan sebagai tanggapan atas serangan terhadap sekutunya yang dipimpin milisi Kurdi, yang sedang bertarung melawan militan yang menamakan diri Negara Islam atau ISIS.