Duterte Siap Ditembak Mati Polisi dengan Satu Alasan
- REUTERS/Erik De Castro
VIVA – Presiden Filipina Rodrigo Duterte menginstruksikan tentara dan polisi untuk menembaknya jika dia menjadi seorang diktator dan jika dia tak mau turun dari jabatan presiden tersebut nantinya.
Hal ini diungkapkan Duterte sebagai sebuah skenario di tengah tudingan musuh politik Duterte bahwa sudah ada gerakan para loyalis Presiden Filipina yang dianggap tengah berupaya mengubah konstitusi.
Duterte berusaha menghentikan spekulasi bahwa dia memerintahkan para loyalis di pemerintahan untuk mengubah konstitusi, membuat sistem federal yang akan membiarkan Duterte tetap bertahan bahkan setelah tahun 2022 saat masa jabatannya berakhir.
"Jika saya terlalu lama dan ingin menjadi seorang diktator, maka tembak saya. Saya tidak bercanda," kata Duterte di hadapan tentara Filipina.
Dia mengatakan bahwa pasukan keamanan seharusnya tidak membiarkan seorang pun mengacaukan konstitusi.
"Tugas Anda adalah melindungi konstitusi dan melindungi rakyat. Ingat, ini adalah tugas mulia Anda," ujar Duterte dilansir dari Reuters, Rabu, 24 Januari 2018.
Pekan lalu DPR Filipina sudah memilih Majelis Konstituante untuk merevisi undang undang pada Mei tahun 2018 yang akan membatalkan pemilihan jangka menengah tahun depan dan memperluas persyaratan untuk semua pejabat terpilih.
Reformasi konstitusi telah menjadi isu yang memecah belah masyarakat di Filipina beberapa lama ini. Sejumlah politikus menuding Parlemen mencoba memperpanjang masa jabatan mereka sekaligus mencari jalan bagi Duterte melanggengkan kekuasaannya.
Sementara juru bicara Duterte, Harry Roque berulang kali mengatakan bahwa Presiden Filipina tidak memiliki keinginan untuk memperpanjang masa jabatannya. Bahkan jika diberikan pilihan kata dia, Duterte lebih memilih untuk pensiun lebih awal.